keterampilan berbahasa

PENTINGNYA MEMBACA BAGI REMAJA MUSLIM
Oleh: Imron Rosidi


            Tak seorang pun lahir ke dunia ini dalam keadaan berpengetahuan, bahkan manusia lahir dari rahim ibu sama sekali tidak mengenal apa pun. Belajar merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini. Melalui pengetahuannya, manusia akan menjadi mulia dan terhormat. Hal ini telah dibuktikan oleh Allah SWT dengan menyuruh para malaikat bersujud menghormat Nabi Adam yang telah mempunyai pengetahuan.
            Sebenarnya secara hukum Islam, kewajiban mencari pengetahuan bagi setiap manusia itu dimulai setelah dia mencapai usia balig, dewasa dan mukalaf. Pada usia ini, adik-adik berkewajiban menjalankan perintah agama dan larangannya. Artinya ketika memasuki usia remaja seseorang berkewajiban mencari tahu, belajar khususnya tentang apa saja yang diwajibkan pada dirinya sebagai umat Islam, kewajiban salat, zakat, puasa, dan haji. Selain itu, adik-adik harus juga tahu apa saja yang dilarang untuk dikerjakan oleh-Nya. Untuk itu, pentinglah kiranya bagi remaja muslim memperbanyak pengetahuan tersebut dengan cara memperbanyak membaca. Disebutkan di dalam pepatah arab ”siapapun yang banyak membaca, maka dia akan banyak pula pengetahuannya”. Jadi, membaca merupakan pintu utama sebuah pengetahuan.
            Di depan sudah dijelaskan mengenai perbedaan pendapat ulama tentang waktu pemberian pembelajaran terhadap anak. Pemberian pembelajaran terhadap usia muda itu lebih baik daripada ketika usia tua. Ada beberapa alasan yang mendorong agar para remaja dianjurkan banyak membaca, di antaranya: (1) membaca (belajar) merupakan kewajiban setiap insan muslim sejak dia balig sampai meninggal dunia, (2) membaca merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, (3) setiap remaja harus mempunyai cita-cita yang setinggi langit, (4) ilmu merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukanlah tujuan itu sendiri, (5) remaja memiliki kesempatan dan peluang sangat besar dan relatif belum banyak kesibukan, (6) kehidupan remaja harus ditopang dengan pengetahuan, dan (7) remaja merupakan harapan bangsa dan perlu adanya kesempatan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan.
            Adik-adik sebagai hamba Allah berkewajiban menyembah kepada Dzat yang Maha Pencipta. Kewajiban itu dimulai dan terhitung sejak manusia memasuki usia remaja sampai dia meninggalkan dunia yang fana ini. Oleh karena itu, sudah sewajarnya sebagai seorang hamba remaja muslim segera mencari tahu apa saja yang diwajibkan pada dirinya dan apa pula yang harus dijauhi dan ditinggalkan olehnya. Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap remaja muslim, khususnya yang sudah balig. Sebagaimana pernah ditegaskan Nabi Muhammad SAW di dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda “mencari ilmu kewajiban setiap orang muslim”.
            Selanjutnya, Imam Abdurra’uf al-Manawi pengarang kitab FaiduuQodir menjelaskan yang dimaksud dengan muslim di dalam hadis tersebut adalah muslim yang sudah mukalaf, balig, dan berakal sehat. Ilmu yang wajib dipelajari menurut para ulama fikih adalah ilmu yang terkait erat dengan kewajiban dirinya sebagai hamba, mengetahui tentang keesaan Allah SWT, dan diutusnya Nabi Muhammad. Ilmu tersebut meliputi: mengenal dua kalimat sahadat, mengetahui tentang salat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu menjalankannya. Jika tidak tahu bagaimana cara salat dan seterusnya lalu dia mengerjakan, maka amal ibadahya tidak akan sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT yang memerintahkan, dan amal ibadah tersebut akan ditolak dan tidak diterima di sisi Allah SWT.
            Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Ibnu Ruslan, setiap orang yang beramal tanpa didasari pengetahuan, maka amalnya ditolak dan tidak diterima, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain sifatnya tidak wajib ain, bahkan mungkin wajib kifayah, sunnah, atau bahkan ada yang haram diketahui. Untuk mendapatkan semua pengetahuan tersebut, para remaja muslim harus banyak membaca buku-buku agama dan buku pengetahuan lainnya. Sangatlah disayangkan apabila seorang remaja muslim tidak mengenal apa yang menjadi kewajiban dan apa harus ditinggalkan.
            Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Iqro’ sebagaimana disebutkan di dalam hadis shohih al-bukhori dan shohih muslim. Isinya perintah kepada Nabi Muhammad SAW agar membaca yang dimulai dengan menyebut nama Tuhan yang menjadikannya. Perintah ini dimaksudkan agar Nabi Muhammad SAW menjadi uswah dan panutan bagi umatnya sehingga umatnya menjadi umat yang berpengetahuan luas yang dihasilkan dari buku-buku atau kitab-kitab yang dibacanya. Beliau merupakan uswah hasanah, teladan yang baik bagi umatnya. Jadi, perintah membaca kepada seorang utusan juga perintah membaca bagi para umat sebab umatnya diperintahkan mengikuti semua apa yang diperintahkan kepada pada utusan, terkecuali sesuatu perbuatan yang memang dikhususkan untuk para utusan tersebut.
            Setiap orang yang lahir diberi nafsu, syahwah, dan keinginan. Wajar dan dianggap manusiawi jika ada orang mempunyai cita-cita yang tinggi bahkan sangat tinggi. Merupakan sebuah keharusan setiap remaja muslim mempunyai cita-cita yang tinggi sebab seseorang dapat terbang tinggi dengan cita-citanya laksana burung dapat terbang dengan sayapnya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Syekh al-Zarnuzi di dalam kitabnya ta’limul muta’allim thoriqat-ta’allum. Cita-cita yang tinggi pula yang akan mampu menggugah semangat para remaja muslim untuk menambah dan memperluas pengetahuannya dengan cara memperbanyak membaca. Cita-cita yang tinggi tidak akan dapat dicapai tanpa adanya usaha yang giat, gigih, dan sungguh karena di balik kesulitan itu terdapat kemudahan yang sedang menunggu dan menjemputnya.
            Membaca merupakan jendela yang terbesar bagi masuknya pengetahuan kepada diri adik-adik. Semakin banyak membaca, semakin luas pula pengetahuan adik-adik. Pengetahuan bukanlah tujuan utama, ilmu hanyalah sebuah jembatan untuk mencapai tujuan. Tujuan dari sebuah pengetahuan adalah buahnya, yaitu penerapan dari pengetahuan tersebut sebab pengetahuan yang tidak dilanjutkan dengan adanya penerapan, sia-sialah pengetahuan tersebut. Ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon yang tidak berbuah, tidak begitu banyak manfaatnya sebagaimana disebutkan didalam kitab al-Muntakhobat juz 2. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki oleh para remaja muslim, maka kesempatan untuk menggapai cita-citanya semakin besar. Hal ini dapat membantu dan mempermudah para remaja muslim untuk mendapatkan dan menggapai cita-cita yang diinginkan. Imam as-Syafi’i pernah berkata ”Siapa yang mengharap dunia, maka harus didapatkan dengan ilmunya, dan siapa yang mengharapkan akhirat, maka harus mempunyai ilmunya”. Pernyataan Imam as-Syafi’i ini semakin memperjelas bahwa ilmu hanyalah berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.”
            Usia dan waktu yang adik-adik miliki sangatlah terbatas, sedangkan jumlah pengetahuan sangatlah banyak dan tak terhitung jumlah. Untuk menguasai satu ilmu saja, adik-adik harus memulai dan menjalani beberapa tahapan. Dengan adanya tahapan tersebut perlu kiranya bagi para remaja mempelajari ilmu sejak usia muda. Sebagai generasi muda, para remaja mempunyai kesempatan yang banyak untuk mendapatkan pengetahuan yang luas dengan cara memperbanyak membaca. Di depan sudah disebutkan bahwa belajar di usia remaja lebih efektif dibanding belajar pada usia dewasa. Daya ingat para remaja dan memorinya lebih kuat dibandingkan daya ingat orang dewasa. Hal ini dapat membantu para remaja untuk mengumpulkan pengetahuan seluas mungkin dan pengetahuan itu tidak mudah hilang.
            Usia remaja memang semestinya digunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Kesempatan itu tidak akan kembali lagi setelah berlalu darinya. Imam as-Syafi’i pernah menyampaikan”barang siapa yang hilang kesempatan belajar di masa remajanya, maka dia pantas dibacakan takbir empat kali”, bagaikan orang yang sudah meninggal dunia disalati dengan empat kali takbir. Oleh karena itu, kesempatan belajar pada usia remaja janganlah disia-siakan. Isilah hari-hari di masa remaja adik-adik dengan memperbanyak membaca. Apabila hal itu tidak dilakukan, adik-adik akan tergolong orang yang merugi sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulillah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas: ”ada dua kenikmatan yang banyak orang merugi karenanya, nikmat sehat dan kesempatan”. Rugi karena tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk melakukan perbuatan yang baik dan bermafaat.
            Konsentrasi di dalam belajar itu sangatlah penting dan dibutuhkan agar dapat menyatukan pikirannya terhadap ilmu yang dipelajari. Menurut sebagian ulama sebagaimana dikutip di dalam kitab faidulqodir menanggapi hadis yang lebih mengutamakan belajar di usia muda sebab orang dewasa lebih banyak kesibukannya. Pendapat ini juga diperkuat oleh Imam al-Ahnaf sebagaimana dikutip oleh Imam al-Mawardi di dalam kitab Adubuddun-ya wa-ddin. Beliau berkata: orang dewasa akalnya lebih sempurna, tetapi hatinya lebih mempunyai kesibukan, sedangkan para remaja relatif lebih sedikit kesibukannya karena belum mempunyai beban dan tanggung jawab mengurus orang lain, tanggung jawab pada keluarga dan lainnya. Bahkan, umumnya beban para remaja masih ditanggung oleh orang tuanya atau saudaranya yang lebih tua.
            Para remaja lebih mempunyai kesempatan mengonsentrasikan dirinya terhadap pengetahuan. Umar bin Khottob pernah berkata sebagaimana dikutip oleh Imam al-Mawardi di dalam kitab Adabuddun-ya wa-ddin” Belajarlah kalian sebelum menjadi seorang pemimpin”. Apa yang disampaikan oleh sahabat Umar ini memberi isyarat bahwa belajar membutuhkan konsentrasi penuh. Ketika sudah menjadi seorang pemimpin, konsentrasi belajar akan berkurang. Hal itu disebabkan adanya tanggungjawab yang harus dipikulnya sebagai seorang pemimpin. Imam as-Syafi’i juga pernah menyampaikan di dalam salah satu bait syairnya” tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali pemuda (remaja) yang hatinya kosong dari pikiran-pikiran dan kesibukan”. Jadi, adik-adik sebenarnya mempunyai peluang untuk memperbanyak membaca dibandingkan mereka yang sudah tua dan mempunyai banyak kesibukan dan tanggungjawab.
            Manusia tidak jauh berbeda dengan binatang yang lain, mempunyai nafsu makan, senang pada lain jenis, mempunyai kekuatan dan sebagainya. Hanya satu yang membedakan antara manusia dengan binatang, yaitu pengetahuannya. Pengetahuan dapat dijadikan wasilah (sarana menuju takwa). Melalui ketakwaannya, manusia berhak mendapatkan penghormatan di sisi Allah SWT dan kebahagiaan yang abadi. Terkait dengan hal ini Imam as-Syafi’i pernah berkata di dalam bait syairnya ”Sumpah demi Allah, seorang remaja harus dibekali dengan ilmu dan ketakwaan. Jika keduanya tidak dimiliki, maka keberadaannya tidak diakui”.
            Di dalam bait syair yang lain beliau berkata ”pembesar suatu bangsa yang tidak memiliki pengetahuan itu dianggap kecil ketika dihadapkan pada bala tentara yang besar dan sebaliknya”. Jadi pengetahuan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh para remaja agar menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT dan besar di hadapan siapapun. Hal ini dapat dicapai dengan cara memperbanyak membaca tentunya.
            Ibnu Abbas pernah berkata, ”ilmu yang ada tidaklah dapat terhitung berapa jumlahnya, ambillah (pelajarilah) ilmu yang paling baik”. Bagi setiap orang yang ingin mendapatkan berbagai pengetahuan perlu kiranya dimulai dengan mempelajari ilmu yang paling mudah dipelajari untuk menuju jenjang ilmu yang lebih sulit. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kebodohan sedikit demi sedikit. Di samping itu konsentrasi belajar juga sangatlah dibutuhkan sebab ketika sesorang yang sedang mempelajari satu disiplin ilmu, maka dalam waktu yang bersamaan tidak mungkin mampu mempelajari ilmu yang lain.
            Allah SWT telah mengajarkan tahapan di dalam belajar. Disebutkan di dalam Alquran surat al-Furqon:32 yang artinya ”orang-orang kafir berkata: mengapa Alquran tidak diturunkan sekaligus kepada Muhammad?” Allah SWT menjawab, ”Hal itu dimaksudkan agar aku bisa menetapkan (Alquran) pada hatimu (Muhammad).” Jadi, tahapan di dalam belajar merupakan tradisi Ilahi. Oleh karena itu, seseorang haruslah memulai belajar sejak usianya masih remaja. Ilmu dasar pantas dan mudah dipelajari oleh para remaja sebab ketika sudah tua terkadang merasa malu apabila disuruh mempelajari ilmu dasar. Akibatnya, tidak akan mendapatkan ilmu sama sekali.
            Para remaja kelak akan menjadi para tokoh di masa depan. Mereka harus membiasakan diri memperbanyak membaca dan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat untuk bangsanya. Hal itu dapat dijadikan pondasi yang kuat bagi kebangkitan bangsanya. Jika sejak remaja sudah terbiasa membaca, maka kelak ketika sudah menjadi seorang pemimpin dia dapat menjadi uswah bagi semua orang yang dipimpinnya, mau mendorong umatnya memperbanyak membaca, menyediakan fasilitas-fasitas pendidikan sebagai sarana membaca dan memperkaya pengetahuan, dan lain sebagainya. Jadi para remaja sebagai generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan haruslah bangkit dan memacu semangat membacanya, sebagai persiapan kelak ketika menjadi seorang pemimpin. Jika hal ini tidak dilakukan, maka sebuah bangsa akan berada di ambang kehancuran. Kepada para remajalah diserahkan semua urusan kebangsaan dan kemajuan. Mereka menjadi cermin kehidupan bangsanya, sebagaimana disampaikan oleh syekh Musthofa al-Golayani di dalam kitab ‘Idzotun-Nasyi’in. Kemajuan itu hanya dapat dicapai dengan cara memperbanyak membaca untuk menambah pengetahuan.

Mencetak Remaja Gemar Membaca
            Membaca merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menambah pengetahuan dan menghilangkan kebodohan dirinya, termasuk pada diri adik-adik sebagai seorang remaja. Adik-adik terlahir dari rahim ibu tanpa dibekali pengetahuan sama sekali. Adik-adik diberi bekal pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai sarana dan wasilah untuk mendapatkan pengetahuan. Jadi, membaca merupakan salah satu jendela yang terbesar bagi masuknya sebuah pengetahuan pada diri adik-adik. Imam as-Syafi’i pernah menyampaikan di dalam salah satu bait syairnya ”Belajarlah! tidak seorang pun terlahir dalam kondisi berpengetahuan, orang yang mempunyai pengetahuan tidaklah sama dengan orang yang bodoh.” Ada pertanyaan yang perlu dicarikan solusi jawabannya. Bagaimana mencetak generasi yang giat dan semangat membaca?
            Imam al-Jarnuzi mengutip satu pendapat yang menegaskan bahwa di dalam kesuksesan belajar sangat tergantung pada kegigihan tiga orang; adik-adik sendiri, guru, dan orang tua. Orang tua mempunyai peranan membentuk sebuah karakter anak-anaknya khususnya ketika masih kecil. Orang tua merupakan guru yang pertama bagi setiap anak yang lahir ke dunia. Maksudnya, apapun yang dikerjakan oleh orang tua akan selalu diikuti oleh anak-anaknya. Jadi, orang tualah yang mempunyai peranan yang kuat untuk mengubah karakter anaknya menjadi baik atau buruk, menjadi remaja yang ahli membaca atau malas membaca, dan lain sebagainya.
            Adik-adik sebagai remaja juga mempunyai kesempatan untuk menentukan karakter diri sendiri. Usia remaja relatif sudah dapat menentukan pilihan sendiri, termasuk menentukan dirinya sebagai orang yang giat dan gemar membaca atau lainnya. Sebagian dari remaja ada yang sudah mulai berpikir masa depannya, mempunyai keinginan, dan juga mempunyai rasa khawatir akan kehilangan sesuatu yang diinginkannya. Seorang remaja yang mempunyai keinginan dan cita-cita menjadi ilmuwan misalnya, keinginan dan cita-cita itu pasti didorong oleh adanya kesenangan pada ilmu pengetahuan. Jadi, di antara kunci membentuk remaja yang senang membaca adalah bagaimana remaja tersebut cinta pada pengetahuan.
            Para ahli hikmah pernah menegaskan ”pangkal sebuah pengetahuan adalah senang atau menyenangi pengetahuan dan buah dari pengetahuan adalah kebahagiaan”. Senang berarti cenderungnya hati pada suatu yang dirasa menyenangkan. Jadi, rasa senang pada pengetahuan haruslah selalu ditanamkan pada diri remaja agar menjadi adik-adik menjadi remaja yang gemar membaca.
            Peran guru di dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran memang tidak diragukan lagi. Tugas utama dari seorang guru selain melaksanakan pembelajaran, juga memberi petunjuk dan pengarahan kepada anak didiknya. Guru hendaknya selalu memberi pengarahan bagaimana anak didiknya menjadi orang yang sukses atau menjadi ilmuwan. Pengarahan yang paling tepat adalah bagaimana sekiranya anak didiknya menjadi orang yang gemar membaca. Orang yang gemar membaca akan bertambah banyak pula pengetahuannya.
            Adik-adik perlu memahami bahwa mencari ilmu pada usia remaja merupakan bagian dari meraih kesempatan di masa muda sebelum datangnya usia senja. Hal ini merupakan perintah agama. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda di dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang artinya ”raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain. Kelima perkara itu adalah masa mudamu sebelum datangnya masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum engkau jatuh miskin, kesempatanmu sebelum datangnya kesibukanmu, dan hidupmu sebelum datangnya kematianmu”. Maksudnya, gunakan masa remaja dan kesempatan yang datang untuk memperbanyak perbuatan baik dan ibadah, di antaranya dengan memperbanyak membaca untuk menambah dan memperluas pengetahuan. Mencari pengetahuan merupakan bagian dari ibadah, bahkan menurut Imam as-Syafi’i, memperbanyak membaca itu lebih utama daripada melakukan salat sunnah jika disertai dengan niat yang benar, sebagaimana ditambahkan oleh Imam Malik bin Anas.
            Sahabat Ibnu Umar juga pernah menegaskan ”jika datang waktu pagi, maka jangan menunggu datangnya waktu sore dan jika datang waktu sore, maka jangan menanti datangnya waktu pagi”. Apa yang pernah disampaikan oleh sahabat Ibnu Umar ini juga memperkuat pendapat pentingnya belajar dan memperbanyak membaca ketika usia muda. Maksudnya, tidak baik menunda pekerjaan dan membuang kesempatan yang datang tanpa diisi amal perbuatan baik dan bermanfaat. Begitu pula kesempatan belajar dan memperbanyak membaca yang datang pada usia muda harus dimanfaatkan dengan baik sebab kesempatan ini tidak akan datang kedua kalinya. Masa muda akan hilang dengan datangnya masa tua, amal baik yang semestinya dikerjakan pada usia remaja jika disia-siakan belum tentu dapat dikerjakan ketika usia tua. Sebagian orang bijak pernah menyampaikan taubat, menghentikan perbuatan dosa dari orang yang sudah memasuki usia tua itu baik, tetapi akan lebih baik jika taubat itu dilakukan ketika masih remaja. Pernyataan ini pun semakin memperkuat pendapat pentingnya membaca bagi para remaja. Jadi, perbuatan baik berupa apapun termasuk memperbanyak membaca untuk memperkaya pengetahuan itu mempunyai nilai lebih dibanding dengan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang sudah tua.

Komentar :

ada 0 komentar ke “keterampilan berbahasa”

Posting Komentar