keterampilan menulis

MENULIS RESENSI BUKU
Oleh: Imron Rosidi



            Bacalah sebuah surat kabar di hari Minggu! Pada halaman tertentu, Anda pasti menemukan berbagai tulisan dalam bentuk resensi buku, baik buku tentang psikologi, tentang agama, ekonomi, pendidikan, maupun tentang filsafat. Buku-buku tersebut perlu diresensi agar Anda mengetahui berbagai informasi buku baru maupun buku yang layak untuk dibaca meskipun sudah relatif lama terbitannya. Melalui resensi buku, Anda sebagai pembaca resensi dapat memilih-milih buku yang sesuai dengan kebutuhannya. Melalui resensi pula, Anda dapat mengetahui ikhtisar isi buku, keunggulan dan kelemahan sebuah buku, maupun nilai sebuah buku.

Pengertian Resensi Buku
            Banyak istilah yang digunakan dalam sebuah majalah maupun surat kabar untuk menyebutkan sebuah resensi. Ada surat kabar yang menyebutkan sebuah resensi dengan ulasan. Ada juga yang menyebutkan resensi buku dengan timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan buku, atau bedah buku. Istilah-istilah tersebut bisa dipakai. Hanya saja, pada umumnya istilah timbangan buku lebih populer dibanding dengan istilah lainnya untuk mengganti resensi buku.
            Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan resensi buku? Istilah resensi dapat diartikan sebagai tulisan tentang pertimbangan buku atau wawasan tentang baik atau kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat di dalam suatu buku. Namun makna kata resensi akhir-akhir ini meluas dan tidak hanya penilaian terhadap kualitas suatu buku. Oleh sebab itu, kata resensi dewasa ini diartikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya buku (fiksi dan nonfiksi), pementasan film, drama, atau musik dengan cara mengungkapkan segi keunggulan dan kelemahan secara objektif.
            Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa resensi merupakan salah satu upaya menghargai tulisan atau karya orang lain dengan cara memberikan komentar secara objektif. Di dalam hal ini harus dihindari sejauh mungkin sifat subjektivitas penulis resensi terhadap bahan yang akan diresensi atau rasa senang dan tidak senang terhadap seseorang. Selain itu, penulis resensi harus memiliki wawasan yang cukup tentang bahan yang akan diresensi.
            Menulis resensi sebagai salah satu upaya memperkenalkan suatu buku kepada orang lain yang belum membaca buku tersebut sehingga setelah membaca resensi, orang tersebut tergerak hatinya untuk membaca karya orang lain. Dengan demikian, tujuan meresensi menjadi meluas, di antaranya sebagai alat promosi suatu karya kepada khalayak yang belum mengetahui karya tersebut. Saat ini, selain resensi buku dikenal juga resensi film, resensi drama, resensi musik atau kaset dan sebagainya.
            Resensi memang dimaksudkan untuk memberi¬tahukan kepada khalayak pembaca tentang kehadiran sebuah buku baru dari segi waktu penerbitan maupun temanya. Namun itu tidak berarti buku lama tidak layak untuk diresensi. Buku lama yang isi atau temanya masih atau kembali menjadi relevan dengan situasi aktual saat ini, juga sangat baik untuk diresensi. Sebagai contoh, Anda dapat meresensi novel Layar Terkembang, meskipun novel itu diterbitkan tahun 1930-an. Novel tersebut bertema perjuangan wanita untuk menyejajarkan dengan laki-laki dalam berkarier yang saat ini sedang gencar-gencarnya dibicarakan masyarakat di era global.
            Apabila Anda ingin meresensi buku terbitan lama yang relevan untuk kebutuhan pembaca saat ini tentunya bukan untuk mengajak para pembaca resensi agar mau membeli buku yang diresensi karena buku itu sudah tidak tersedia di toko buku. Tujuan penulisan resensi itu tentunya diharapkan dapat membangkitkan semangat dan memperluas pengetahuan pembaca resensi.

Tujuan Resensi Buku
            Tidak ada sebuah tulisan yang tanpa memiliki tujuan, begitu pula dengan menulis resensi buku. Hanya saja, resensi, khususnya resensi buku, memiliki beberapa tujuan ditinjau dari beberapa sudut kepentingan, misalnya dari kepentingan penerbit, dari kepentingan penulis buku, kepentingan penulis resensi, maupun dari kepentingan pembaca.
            Dari kepentingan penerbit, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Sebagai alat promosi buku-buku yang baru diterbitkan. Dengan adanya resensi, penerbit     akan merasa terbantu karena buku yang diterbitkan telah diperkenalkan kepada para     pembaca. Melalui resensi, pembaca dapat mengetahui adanya buku baru dan mungkin     sesuai dengan kebutuhan dirinya.
b. Untuk mendapatkan keuntungan finansial. Penerbit yang bukunya diresensi akan merasa     senang karena buku yang diterbitkan akan segera laku. Dengan demikian, penerbit akan     segera menerbitkan kembali buku tersebut pada cetakan berikutnya sehingga penerbit     dapat mengeruk keuntungan lebih besar.
            Dari kepentingan penulis buku, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut.
a. sebagai bahan masukan untuk penulisan buku selanjutnya karena dengan diresensinya     buku yang ditulis akan diketahui kelemahan buku tersebut.
b. Untuk mengetahui kualitas buku yang ditulis.
c. Untuk menambah pendapatan karena dengan diresensinya buku yang ditulis, penulis     buku akan cepat dikenal oleh para pembaca.
            Dari kepentingan penulis resensi, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Untuk menambah wawasan penulis resensi karena dengan menulis resensi, seorang     resensator harus membaca buku yang diresensi secara utuh.
b. Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis seorang resensator.
c. Untuk  meningkatkan  kemampuan  penulis  resensi dalam memberi penilaian dan     penghargaan terhadap isi suatu buku sehingga penilaian itu diketahui para pembaca.
d. Untuk mendapatkan keuntungan finansial karena resensator akan mendapatkan imbalan     dari redaktur surat kabar atau majalah apabila tulisan dimuat.
            Dari kepentingan pembaca resensi, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Untuk mendapatkan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang     tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b. Untuk memberi pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat     sambutan dari pembaca atau tidak.
c. Untuk mengetahui identitas buku yang patut dibaca, mulai dari judul buku, penulis,     penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
d. Untuk mendapat bimbingan dari penulis resensi tentang buku yang pantas dibaca, serta
e. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh     fenomena atau problema yang muncul pada sebuah buku.
            Dari tujuan-tujuan di atas diharapkan dapat memperjelas pengertian resensi dan dapat memberikan gambaran bagaimana seharusnya menulis resensi. Hal lain yang perlu diingat adalah publikasi karya tersebut. Agar diketahui oleh para pembaca, tulisan resensi itu biasanya dimuat di surat kabar, majalah mingguan, majalah sekolah, tabloid, koran sekolah, dan majalah dinding.

Bentuk Resensi Buku
            Tulisan berbentuk resensi buku tentunya berbeda dengan artikel ataupun esai. Resensi buku memiliki bagian-bagian: (1) judul resensi, (2) identitas buku yang diresensi, (3) sampul buku yang diresensi, (4) pengantar, (5) isi buku, (6) keunggulan dan kelemahan buku, dan (7) penutup yang berisi arahan kepada pembaca. Bagian-bagian tersebut perlu ada dalam sebuah resensi agar tujuan resensi yang paling utama, yaitu sebagai alat promosi benar-benar dapat tercapai.

Judul Resensi
            Judul resensi tentunya berbeda dengan judul buku yang diresensi. Judul buku Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan apabila diresensi, resensinya dapat berbunyi Bahasa, Media Massa, dan Kekuasaan. Judul resensi diperlukan sebagai nama (tanda) yang menunjukkan wajah resensi itu sendiri. Untuk itu, judul resensi hendaknya: (1) provokatif (menarik), (2) tidak terlalu panjang (usahakan tidak berupa kalimat), dan (3) sesuai dengan isi resensi.
            Judul resensi yang menarik dapat merangsang keinginan orang lain untuk membaca buku yang diresensi. Judul resensi yang baik dapat membuat orang lain penasaran karena ada beberapa kata dalam judul yang perlu mendapatkan penjelasan. Penggunaan kata tragedi akan lebih menarik dibanding dengan kata musibah. Begitu juga judul resensi Psikologi Anak ala Lindgren mungkin lebih menarik dibanding dengan judul Psikologi Anak. Hal itu disebabkan adanya penggunaan kata Lindgren. Penggunaan kata tersebut dapat membuat keingintahuan pembaca terhadap maksud judul tersebut. Padahal, setelah resensi dibaca, yang dimaksud Lindgren adalah penulis buku tersebut.
            Judul juga jangan sampai terlalu panjang, apalagi sampai dalam bentuk kalimat kompleks. Judul resensi cukup berupa klausa ataupun frasa saja. Dengan berupa klausa ataupun frasa, pembaca akan tergelitik untuk mengetahui isi resensi yang sebenarnya. Judul resensi Saya Ingin Membedah Konsep dan Aplikasi CSR terkesan terlalu panjang. Judul ini dapat diperbaiki menjadi Penuntun Aplikasi CSR yang terasa singkat dan lebih dapat menggelitik pembaca untuk membaca resensi secara utuh.
            Meskipun judul resensi telah provokatif dan tidak terlalu panjang, resensator juga perlu bertanya-tanya dalam hati apakah judul resensi yang dipilih sudah sesuai dengan isi resensi. Judul resensi yang tidak sesuai dengan isi tentunya dapat membuat pembaca merasa bingung dan merasa tertipu. Hal ini perlu dihindari oleh seorang resensator.

Identitas Buku
            Bagian kedua dalam sebuah resensi buku adalah identitas buku. Identitas buku yang perlu dicantumkan dalam sebuah resensi meliputi: judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, kota penerbitan, ukuran buku (bila perlu), dan jumlah halaman buku yang diresensi. Data ini akan memberikan gambaran yang jelas pada pembaca resensi yang tertarik untuk memiliki dan membaca buku tersebut. Yang tidak perlu dicantumkan dalam identitas buku adalah harga buku. Hal itu disebabkan harga buku pada setiap toko buku tentunya berbeda-beda.
            Bagaimana dengan penulisan judul dan pengarang buku dalam resensi? Apabila buku yang Anda resensi berupa buku terjemahan, Anda perlu juga menuliskan judul aslinya. Begitu juga dengan pengarangnya, pengarang asli buku terjemahan juga perlu dituliskan. Apabila dalam buku tersebut ada editor atau penyuntingnya, hal itu juga perlu dituliskan dalam identitas buku sehingga informasi lengkap tentang buku itu dapat diketahui oleh pembaca resensi.

Sampul Buku
            Sampul buku merupakan bagian dari identitas buku yang perlu disampaikan kepada pembaca resensi. Sampul buku pada resensi dapat di-scan agar tampak lebih menarik dan lebih mirip dengan sampul aslinya. Dengan menampilkan sampul buku diharapkan dapat mempermudah calon pembeli untuk mendapatkan buku yang dicari.

Pembuka Resensi
            Seperti halnya apabila Anda ingin meminjam sesuatu pada teman Anda, tentunya akan lebih sopan dan indah apabila Anda mulai dengan sebuah pembuka, begitu pula dalam menulis sebuah resensi. Sebelum masuk pada substansi buku yang diresensi, Anda perlu memberikan pembuka yang berfungsi untuk mempersiapkan para pembaca terhadap apa yang akan dibaca dalam resensi.
            Kegiatan awal yang membutuhkan keterampilan khusus pada diri resensator adalah menguraikan atau memaparkan sebuah pembuka resensi yang menarik. Menariknya sebuah pembuka dalam sebuah resensi diharapkan dapat membangkitkan semangat seseorang untuk membaca resensi secara utuh. Untuk itu, seorang resensator harus benar-benar terampil dalam menuliskan sebuah pembuka resensi.
            Menuliskan sebuah pembuka dalam sebuah resensi bak mengucapkan kata cinta pertama kali pada kekasih kita. Akan tetapi, apabila sudah terucap, selanjutnya akan lancar-lancar saja. Begitu juga dengan menuliskan sebuah pembuka resensi. Mulailah dengan apa yang ingin Anda ungkapkan, misalnya menguraikan tentang memaparkan pengarang buku, seperti: nama lengkap, asal, prestasi, kekhasan, buku-buku yang pernah ditulis, pendidikan, dan asal pengarang. Perhatikan contoh!
            Siapa yang tidak mengenal sosok Amir Hamzah. Seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru yang banyak menelorkan puisi-puisi cinta dan religi. Sosok sastrawan yang sangat cinta dengan tanah airnya sehingga puisi-puisinya tak jarang dihiasi dengan kata-kata daerah asalnya. Penyair yang sangat produktif dengan berbagai karya puisinya, misalnya Padamu Jua, Ibuku Dehulu, dan Karena Kasihmu.

            Pembuka resensi dapat pula diisi dengan keunikan buku yang diresensi dari segi bentuk dan ukuran buku, tema, kemewahan cetakan, atau jenis kertas yang digunakan. Selain itu, resensator dalam pembuka resensi dapat pula mengungkapkan kesan pertama yang muncul setelah melihat buku yang akan diresensi, uraian tentang penerbit buku, memulai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan tema buku, menampilkan sebuah dialog dengan pembaca, atau membandingkan buku yang diresensi dengan buku yang sejenis. Yang jelas, usahakan muncul kemenarikan pada diri pembaca resensi di awal-awal membaca resensi sehingga mau berlama-lama untuk menyelami isi resensi secara utuh.

Isi Buku
            Setelah berhasil menuliskan pembuka resensi yang menarik, resensator perlu mengungkapkan sinopsis isi buku yang diresensi. Kegiatan ini membutuhkan tenaga ekstra pada diri resensator karena harus membaca buku yang diresensi sampai tuntas. Tidak cukup dengan membaca saja, resensator hendaknya perlu memahami isi buku tersebut.
            Bagian resensi yang memaparkan isi buku ini berisi pokok-pokok isi buku secara garis besar sehingga pembaca dapat memahami isinya dengan cepat. Dalam mengungkapkan isi pokok buku yang diresensi, seorang resensator dapat melakukan dengan cara menuliskan isi pokok secara berurutan sesuai dengan urutan uraian dalam buku yang diresensi. Apabila ini dilakukan, resensator dapat menampilkan halaman buku yang berisi pokok tersebut. Sebaliknya, apabila resensator tidak memperhatikan urutan dalam mengungkapkan isi pokok buku yang diresensi, resensator tidak perlu mencantukan halaman. Perhatikan contoh!

Penilaian
            Penilaian tentang keunggulan dan kelemahan buku yang diresensi perlu ada dalam sebuah resensi. Di sinilah yang membedakan antara resensi dengan bentuk tulisan lain, misalnya apresiasi. Dalam resensi selalu dipaparkan pemberian penilaian secara objektif tentang bahasa yang digunakan, kelancaran penjelasan, pembatasan bab, kelengkapan isi, kualitas pencetakan, dan sebagainya.
            Paparan tentang keunggulan buku perlu mendapatkan penekanan lebih dibanding dengan kelemahan buku. Hal itu disebabkan tujuan utama dari sebuah resensi adalah sebagai alat promosi. Apabila seorang resensator lebih banyak mengungkapkan kelemahan buku justru akan merugikan penerbit dan penulis buku tersebut.
            Seorang resensator dapat menilai keunggulan buku dari segi penggunaan bahasa maupun kelancaran penjelasan melalui kegiatan membandingkan dengan buku yang sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang yang sama atau dengan pengarang yang berbeda. Misalnya dengan kalimat Buku ini tampaknya lebih dapat diterima oleh pembaca karena selalu memberikan contoh-contoh konkret tentang berbagai bentuk tulisan. Hal itu tidak ditemukan pada buku-buku lain yang sejenis.

Akhir Resensi
            Selain sebagai alat promosi, tujuan resensi adalah untuk mengarahkan pembaca terhadap buku yang perlu dibaca. Untuk itu, di akhir resensi seorang resensator hendaknya dapat menunjukkan sasaran buku ini, apakah untuk orang tua, anak-anak, para remaja, untuk ahli gizi, untuk para pendidik, atau untuk umum. Hal itu perlu diungkapkan secara eksplisit.
            Resensator hendaknya juga mampu memaparkan tentang alasan sasaran tersebut. Dengan alasan yang kuat diharapkan dapat menggelitik pembaca dari kalangan tertentu untuk membeli buku yang diresensi. Hanya saja, dalam sebuah resensi, dapat pula resensator mengakhir dengan ajakan sekaligus pesan pengarang terhadap organisasi/instansi yang dibahas dalam resensi. Resensator dapat pula mengakhiri resensinya dengan sebuah kesimpulan. Pendek kata, akhir sebuah resensi memang pada umumnya berisi sasaran pembaca, tetapi dapat juga dengan yang lain.

Langkah-langkah Menulis Resensi
            Pada saat menulis resensi, resensator harus betul-betul menguasai dan mengetahui isi dan identitas buku yang akan diresensi. Buku tersebut hendaknya dibaca berulang-ulang dan diberi tanda apabila ditemukan hal-hal khusus, misalnya keunggulannya, kelemahannya, isi pokoknya, maupun tentang penggunaan bahasanya. Pemahaman terhadap isi buku dapat membantu kelancaran seorang resensator dalam menyelesaikan tulisannya.
            Setelah Anda merasa siap, segeralah menulis resensi. Penundaan dalam menulis resensi dapat membuat resensator mengalami kendala dalam menuangkan ide-ide yang sebenarnya telah dipersiapkan sebelumnya. Unsur kelupaan dimungkinkan terjadi apabila resensator menunda penulisan resensi. Selain itu, penundaan juga dapat membuat buku yang diresensi sudah tidak aktual lagi. Untuk itu, segeralah menulis resensi apabila dirasa siap dengan langkah-langkah sebagai berikut.
• Lakukan penjajakan terhadap buku yang akan diresensi dengan membaca judul,    memperhatikan halaman identitas buku yang meliputi penerbit, tahun penerbitan, serta    baca isi buku secara sekilas dengan memperhatikan daftar isi.
• Kenali latar belakang penulisan buku yang akan diresensi dengan membaca pengantar    yang ada di dalamnya, baik pengantar dari penulis buku, penerbit, maupun dari seorang    pakar apabila ada.
• Bacalah seluruh isi buku sampai tuntas, komprehensif, dan cermat mulai dari kata    pengantar sampai pada bab akhir. Buatlah catatan-catatan kecil ketika Anda membaca    atau dengan memberi tanda tertentu dengan stabilo pada kutipan yang hendak Anda    sajikan dalam resensi.
• Buatlah sinopsis atau ikhtisar isi buku berdasarkan catatan dan tanda khusus yang telah    Anda buat. Usakan sinopsis maupun ikhtisar yang Anda buat benar-benar mewakili isi    buku.
•  Lakukan penilaian terhadap buku yang Anda resensi dengan menunjukkan keunggulan    dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pembatasan bab, kerangka penulisan,    sistematika, bobot ide, maupun aspek teknis lainnya.
•  Buatlah outline (kerangka) resensi sebelum menulis resensi secara utuh sehingga Anda    memiliki arahan dalam menyelesaikan tulisan Anda.
• Segeralah menulis resensi dengan berpedoman pada hal-hal yang telah Anda siapkan,    jangan Anda tunda di kesempatan lain.
•  Koreksi  kembali  resensi  Anda  dari segi bahasa dan isi, termasuk pengetikannya.    Lakukan revisi apabila diperlukan.
• Kirimkan hasil resensi Anda pada majalah/koran sekolah, Mading, atau surat kabar.    Jangan lupa sertakan surat pengantar saat pengiriman.

Nasihat untuk Resensator Pemula
            Mahasiswa jurusan bahasa Indonesia perlu membekali diri dengan kemampuan menulis resensi. Sebagai peresensi pemula, Anda perlu memperhatikan beberapa nasihat di bawah ini.
1. Lengkapilah diri Anda dengan ilmu yang sesuai dengan bidang Anda melalui kegiatan     membaca. Membaca merupakan kunci sukses seorang resensator.
2. Janganlah membatasi jenis buku yang harus dibaca karena seorang resensator juga     memerlukan pengetahuan yang mendalam terhadap berbagai disiplin ilmu secara     komprehensif.
3. Tingkatkan  kemampuan  menulis  resensi Anda dengan banyak membaca berbagai     contoh resensi yang sudah dimuat dalam surat kabar atau majalah sebagai bahan     pembelajaran.
4. Selalulah membuka-buka informasi tentang buku baru dan memiliki tema yang layak     untuk diresensi, baik melalui internet, majalah, maupun surat kabar.
5. Kirimkan hasil resensi Anda pada majalah/koran sekolah, atau Mading, atau apabila     memungkinkan Anda dapat mengirimkan ke majalah atau surat kabar yang memiliki visi     sesuai dengan buku yang Anda resensi. Hasil resensi buku tentang politik tentunya tidak     untuk dikirimkan pada majalah keluarga.
6. Selalulah berpikir positif apabila resensi Anda belum layak untuk dimuat. Kegagalan     merupakan jalan untuk menuju kesuksesan. Coba sekali lagi dan jangan berhenti     sebelum Anda berhasil.

Komentar :

ada 2 komentar ke “keterampilan menulis”
Unknown mengatakan...
pada hari 

terima kasih atas informasinya,

Cindana mengatakan...
pada hari 

Sangat bermanfaat. Terimakasih

Posting Komentar