kesusastraan

LEGENDA

KERAJAAN KERA
Oleh: Imron Rosidi


            Dahulu kala, di sebuah desa Banyubiru, terdapat sebuah kerajaan Kera yang dipimpin seorang raja kera yang sakti mandraguna. Sang raja memimpin kerajaannya dengan semena-mena.Dia hanya ingin memenuhi nafsunya. Apa yang diinginkan harus terpenuhi. Tak jarang dia memerintahkan prajuritnya untuk mencuri.
“Hai ………. Prajuritku. Cepat kalian cari pisang yang besar, enak, dan lezat. Aku lapar”
“Iya. Raja. Apakah ada perintah yang lain?” kata seorang Panglima.
“Tidak ada. Kamu harus mendapatkan pisang yang aku inginkan. Ingat pisangnya harus lezat dan besar. Jika kamu tidak mendapatkannya, leher kamu sebagai gantinya. Sekarang kamu boleh pergi”
“Ba…..baiklah raja, saya bersama dengan prajurit akan mencari pisang yang raja inginkan. Sekarang saya mohon pamit”
Tanpa buang waktu, Panglima Kera pun mengumumkan perintah Raja Kera kepada prajurit.
“Prajurit”
“Siap” kata beberapa prajurit
“Sekarang juga, kalian ikut saya mencari pisang yang besar, matang dan lezat”
“Baiklah, Panglima”jawab prajurit dengan serentak
            Dengan meloncat ke sana ke mari, akhirnya panglima dan prajurit Kera berhasil mendapatkan pisang yang diminta oleh Raja Kera, yakni pisang yang besar, matang, dan lezat. Pisang itu digotong beramai-ramai menuju kerajaan. Panglima sangat senang dapat memenuhi permintaan rajanya. Panglima kera berpikir, dengan keberhasilan ini sang raja akan mengamankan jabatannya.
            Hampir setiap hari, kera-kera itu mencuri pisang-pisang penduduk. Para penduduk mulai bertanya-tanya tentang hilangnya pisang-pisang yang ditanamnya. Di sudut-sudut desa, semua membicarakan tentang hal itu. Sampai akhirnya, ada seorang penduduk yang mengetahui penyebab hilangnya pisang penduduk.
‘Saya tahu siapa yang mengambil pisang-pisang kita?’kata salah satu penduduk.
‘Siapa itu, cepat beritahu kami,’kata beberapa orang serempak.
‘Saya lihat, pisang Ki Jenang diambil oleh sepasukan kera. Begitu juga pisang Nyi Kunti,’katanya sekali lagi.
‘Itu pasti kera-kera yang ada di kerajaan seberang,’kata Ki Tarub.
            Para penduduk sangat marah dan berniat menghabisi kera-kera itu. Mereka berencana untuk menyerang kerajaan kera itu. Semua mengacung-acungkan berbagai persenjataan, mulai dari tombak sampai pada golok.
‘Kita serang kerajaan kera, kita serang …..,’kata para penduduk.
‘Ya, kita bakar habis kerajaan itu,’kata penduduk lainnya.
‘Tenang … tenang. Kita harus berpikir dengan tenang. Kita atur strategi,’kata Ki Tarub.
‘Bagaimana kalau kita kirim dulu utusan ke kerajaan itu. Kita minta dia tidak mengulangi perbuatannya. Bagaimana?’kata Kit Tarub sekali lagi.
            Semua warga tidak ada yang menjawab. Semua terdiam. Akhirnya Ki Tarub beserta dua warga yang ditunjuk menuju kerajaan kera. Tanpa basa-basi, Ki Tarub dan beberapa warga memasuki kerajaan.
“Raja……..raja………raja” teriak Panglima dengan nafas terengeh-engeh.
“Ada apa Panglima ?”
“ Raja harus bersembunyi”
“Apa maksudnya?”
“Ada tiga warga yang datang kemari.’kata Panglima.
            Belum sempat raja kera bersembunyi, Ki Tarub sudah berada di depannya. Ki Tarub menyampaikan maksud kedatangannya. Dia tidak ingin ada lagi prajurit kera yang mencuri pisang penduduk. Raja kera pun pura-pura setuju. Raja kera tidak mungkin memenuhi permintaan Ki Tarub karena pisang itu merupakan kesukaannya.
            Ki Tarub pun pergi meninggalkan kerajaan kera dengan membawa keyakinan bahwa pisang penduduk tidak akan hilang lagi. Selang beberapa hari, ternyata raja Kera tidak bisa menghilangkan kesukaannya. Dia menginginkan Panglima mencari pisang seperti yang pernah didapatkan.
‘Panglima, kemari,’kata Raja Kera.
‘Siap paduka. Ada apa ?’kata Panglima.
‘Cepat, carikan aku pisang seperti yang dulu. Mengerti,’kata raja.
‘Tapi raja, ….,’kata Panglima
‘Sudahlah, cepat pimpin prajuritmu. Aku sudah tidak tahan,’kata raja memotong
‘Ba …. Baik paduka,’kata Panglima
            Prajurit kera mulai mencuri pisang-pisang penduduk. Keadaan ini membuat para penduduk sudah tidak tahan lagi terhadap ulah prajurit kera tersebut. Semua berkumpul di pendopo. Ki Tarub siap untuk memimpin peperangan karena raja Kera sudah mengkhianati perjanjian. Ki Tarub memimpin sendiri untuk menyerang kerajaan kera.
            Perang antara prajurit Kera dan penduduk Banyu Biru tak terelakkan. Banyak korban yang meninggal baik dari pihak kerajaan kera maupun penduduk. Kedua belah pihak bertempur mati-matian. Raja Kera pun mengelarkan semua kesaktiannya. Banyak penduduk yang mati karenanya. Hanya saja, dengan kesaktian pula, Ki Tarub berhasil mengalahkan raja Kera itu. Selanjutnya, Ki Tarub menyihir prajurit-prajurit Kera menjadi ikan Wander. Sampai saat ini, ikan wader itu masih ada dan menjadi penungu Banyubiru.

Komentar :

ada 0 komentar ke “kesusastraan”

Posting Komentar