kajian bahasa

MENGAPA HARUS AMBLES, BUKAN AMBLAS?
Oleh: Imron Rosidi, M.Pd


            Bahasa Indonesia sebenarnya masih dapat dikatakan sebagai bahasa yang relatif muda. Kemunculannya sejak diikrarkan sumpah para pemuda se-Indonesia, yang dikenal dengan SUMPAH PEMUDA, 28 Oktober 1928. Salah satu ikrar berbunyi “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Indonesia ada.
            Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antarsuku bangsa. Apabila ada orang Jawa bertemu atau berkomunikasi dengan orang Ambon, keduanya tidak perlu bingung tentang bahasa yang akan digunakan. Orang Ambon tidak akan menggunakan bahasanya sendiri, begitu juga dengan orang Jawa. Keduanya pasti akan menggunakan bahasa indonesia untuk berkomunikasi.
            Hanya saja, bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu ini memiliki keterbatasan dalam kosa kata, terutama di bidang teknologi sehingga diperlukan penyerapan dari bahasa lain, baik dari bahsa asing maupun dari bahasa daerah. Ternyata, keterbatasan kosa kata bahasa Indonesia tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga kata-kata yang bersifat umum, seperti kata amblas yang diambil dari bahasa Jawa ambles yang artinya keadaaan tanah yang turun atau tenggelam (gedung-gedung).
            Kata amblas mulai sering digunakan sejak adanya lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo. Di Surat-surat kabar dan televisi kata amblas sering digunakan. Akan tetapi, apabila merujuk pada kaidah kata serapan, kata ini tidak baku. Penyerapan istilah baru dapat dilakukan dengan menggunakan adopsi (diserap langsung), misalnya: wujud, jadwal; adaptasi (diserap dengan penyesuaian), misalnya: komputer, senin; kreasi (diserap untuk diambil konsepnya), misalnya: kerangka karangan (out line), parkir gratis (free parking); dan terjemahan, misalnya: garis polisi (police line).
            Penyerapan dengan penyesuaian (adaptasi) digunakan apabila kata yang diserap tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya kaidah fonem, morfem, maupun proses pembentukannya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak dikenal konsonan rangkap sh, maka apabila kita akan menyerap bahasa Arab sholat ke dalam bahasa Indonesia harus disesuaikan menjadi salat. Bagaimanakah dengan kata amblas.
            Kata amblas diambil dari bahasa Jawa ambles yang terbentuk dari fonem a/m/b/l/e/s. Fonem-fonem ini ada dalam bahasa Indonesia sehingga dapat diambil secara langsung (adopsi) dan tidak perlu diadaptasikan. Apabila diadaptasikan menjadi amblas akan ada kerancuan dengan bahasa Jawa amblas yang berarti hilang atau habis pada kalimat segone wis amblas yang artinya nasinya sudah habis. Selain itu, kata amblas juga tidak ditemukan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI). Dengan demikian kata amblas tidak baku, yang benar adalah ambles dalam kalimat Tanah di sekitar lumpur lapindo ambles.

Komentar :

ada 0 komentar ke “kajian bahasa”

Posting Komentar