kebahasaan

CIRI PARAGRAF PERSUASI
Oleh: Imron Rosidi


            Pada waktu menulis, kadang-kadang Anda perlu meyakinkan pembaca tentang kebenaran gagasan atau fakta-fakta yang dituangkan dalam tulisan yang akan Anda hasilkan. Dalam rangka itu, Anda dapat menggunakan paragraf persuasi. Dengan paragraf persuasi, Anda akan dapat meyakinkan atau membujuk pembaca untuk meyakini, mengikuti, atau bahkan melakukan gagasan Anda yang tuangkan dalam tulisan. Dalam pembelajaran kali ini, Anda akan berlatih menyusun paragraf persuasi. Namun, sebelum melakukan itu, terlebih dahulu Anda perlu mengidentikasi ciri paragraf persuasi.

            Pada hakikatnya persuasi adalah seni meyakinkan orang lain. Jika dikaitkan dengan paragraf, paragraf persuasi adalah salah satu jenis paragraf yang dikembangkan untuk meyakinkan pembaca terhadap gagasan-gagasan atau fakta yang ditampilkan dalam paragraf itu. Oleh karena itu, ciri utama paragraf persuasi biasanya bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap gagasan atau fakta yang ditampilkan. Paragraf yang digunakan dalam teks-teks iklan, propaganda, misalnya, tentunya banyak menggunakan paragraf persuasi. Perhatikan paragraf-paragraf dalam penggalan teks berikut ini. Adakah Anda merasakan bahwa paragraf-paragraf itu bersifat membujuk atau meyakinkan?

CONTOH:
            Jika hanya ingin mengetahui pembuatan satu atau dua macam makanan atau kue, pilihlah tempat kursus yang memberikan kesempatan untuk membuat sendiri makanan tersebut. Kalau bisa, peserta sendiri yang membuka kemasan bahan-bahan tersebut agar semua jelas bagi peserta.
            Dalam memilih lembaga kursus bagi pengusaha makanan, pilihlah tempat kursus yang mempunyai fasilitas lengkap, tidak hanya fasilitas untuk kursus, tetapi juga fasilitas untuk pengembangan usaha ke depan. Misalnya, lembaga itu bisa mempunyai program-program investasi, kredit modal usaha, atau jaringan kerja yang luas. Contohnya di BBC disediakan program investasi. Sementara Iwapi dan LPKK DeMono sering melakukan kerja sama dengan bank atau badan usaha milik negara untuk meminjam kredit modal usaha.

puisi

DR. MARTIN LUTHER KING JR I
Oleh: Imron Rosidi


1968, ragamu telah dirampas
oleh orang-orang yang terbayar
kelompok yang mulai terancam dengan kata-katamu
yang ingin mengubah kemapanan kelompok tertentu
sebagai pencengkeram kehidupan
orang-orang yang mengalir tanpa ada yang menghambat

Itu kata-katamu menusuk kekuasaannya
Itu kata-katamu mengusik telinganya
Itu kata-katamu mengganggu pikirannya
Aku tidak terima,
aku orang-orang kulit putih
dan engkau hanyalah budak-budakku

Dr. King mulai ingin melepas cengkeramannya
dia kumpulkan para budak sepertinya
Dia mulai merajut tangan-tangan terkulai
menjadi kokoh untuk menandinginya
kelompok mapan tanpa tanding
menancap keras pada tempatnya

Dr. King menyebarkan kata-katanya
di depan 200 ribu pasang mata dan telinga
menuju Memorial Park Washington DC
untuk bertepuk tangan secara serempak
untuk berkata YES secara berkobar
membangkitkan bara api yang belum pernah membara

Dr. King mulai tersenyum
rajutan tangan-tangan kecil itu semakin mengerat
kata-kata berontak mulai menancap

Dr. King mulai mendekat, menanggalkan baju
buruhnya yang selalu menyatu
dengan tubuh-tubuh kulit hitammu
kebebasan hak-hak sipil yang seharusnya kau dapat
di negara ini yang katanya demokrat

Dr. King keluar dari kamar 206
untuk menghirup cela-cela kebebasan
tapi, kebebasan itu tidak sempat kau genggam
sebab peluru itu telah menancap tajam di dadamu
hingga ragamu tak bisa bergerak
tinggal nama yang semakin semerbak
sebagai perajut kebebasan hak-hak sipil
yang telah terkunci rapat di negara ini.

kajian bahasa

MENGAPA HARUS AMBLES, BUKAN AMBLAS?
Oleh: Imron Rosidi, M.Pd


            Bahasa Indonesia sebenarnya masih dapat dikatakan sebagai bahasa yang relatif muda. Kemunculannya sejak diikrarkan sumpah para pemuda se-Indonesia, yang dikenal dengan SUMPAH PEMUDA, 28 Oktober 1928. Salah satu ikrar berbunyi “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Indonesia ada.
            Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antarsuku bangsa. Apabila ada orang Jawa bertemu atau berkomunikasi dengan orang Ambon, keduanya tidak perlu bingung tentang bahasa yang akan digunakan. Orang Ambon tidak akan menggunakan bahasanya sendiri, begitu juga dengan orang Jawa. Keduanya pasti akan menggunakan bahasa indonesia untuk berkomunikasi.
            Hanya saja, bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu ini memiliki keterbatasan dalam kosa kata, terutama di bidang teknologi sehingga diperlukan penyerapan dari bahasa lain, baik dari bahsa asing maupun dari bahasa daerah. Ternyata, keterbatasan kosa kata bahasa Indonesia tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga kata-kata yang bersifat umum, seperti kata amblas yang diambil dari bahasa Jawa ambles yang artinya keadaaan tanah yang turun atau tenggelam (gedung-gedung).
            Kata amblas mulai sering digunakan sejak adanya lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo. Di Surat-surat kabar dan televisi kata amblas sering digunakan. Akan tetapi, apabila merujuk pada kaidah kata serapan, kata ini tidak baku. Penyerapan istilah baru dapat dilakukan dengan menggunakan adopsi (diserap langsung), misalnya: wujud, jadwal; adaptasi (diserap dengan penyesuaian), misalnya: komputer, senin; kreasi (diserap untuk diambil konsepnya), misalnya: kerangka karangan (out line), parkir gratis (free parking); dan terjemahan, misalnya: garis polisi (police line).
            Penyerapan dengan penyesuaian (adaptasi) digunakan apabila kata yang diserap tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya kaidah fonem, morfem, maupun proses pembentukannya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak dikenal konsonan rangkap sh, maka apabila kita akan menyerap bahasa Arab sholat ke dalam bahasa Indonesia harus disesuaikan menjadi salat. Bagaimanakah dengan kata amblas.
            Kata amblas diambil dari bahasa Jawa ambles yang terbentuk dari fonem a/m/b/l/e/s. Fonem-fonem ini ada dalam bahasa Indonesia sehingga dapat diambil secara langsung (adopsi) dan tidak perlu diadaptasikan. Apabila diadaptasikan menjadi amblas akan ada kerancuan dengan bahasa Jawa amblas yang berarti hilang atau habis pada kalimat segone wis amblas yang artinya nasinya sudah habis. Selain itu, kata amblas juga tidak ditemukan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI). Dengan demikian kata amblas tidak baku, yang benar adalah ambles dalam kalimat Tanah di sekitar lumpur lapindo ambles.

kesusastraan

TEKNIK PENILAIAN PEMBACAAN CERPEN
Oleh: Imron Rosidi


            Adik-adik, pernahkah kalian memberi penilaian pembacaan cerpen teman kalian? Tahukah kalian cara memberi penilaian? Nah, saat ini kalian dapat berlatih menanggapi pembacaan cerpen. Bagaimana cara memberikan tanggapan? Perhatikan uraian berikut!
            Kegiatan pembacaan cerpen tampaknya memang tidak sesering pembacaan puisi. Ini bukan berarti pembacaan cerpen tidak pernah dilakukan. Bahkan, dalam acara-acara tertentu, lomba pembacaan cerpen sering juga diadakan. Jika Anda disuruh memberi tanggapan atau menilai pembacaan cerpen, apa yang Anda gunakan sebagai tolok ukur?
            Tolok ukur untuk menilai pembacaan cerpen adalah sama dengan yang digunakan untuk menilai pembacaan puisi. Biasanya ada tiga hal yang digunakan sebagai tolok ukur penilaian, yaitu aspek (a) penghayatan, (b) pengucapan/pelafalan, dan (c) penampilan. Aspek penghayan menyangkut (i) pemahaman dan penghayatan pembaca terhadap isi cerpen yang dibaca, dan (b) kepekaan perasaan pembaca terhadap isi cerpen yang dibaca . Aspek pengucapan menyangkut (i) ketepatan pelafalan bunyi-bunyi bahasa, (ii) kejelasan pengucapan bunyi-bunyi bahasa, (iii) ketepatan penggunaan tempo (cepat-lambat) pembacaan, (iv) ketepatan penggunaan intonasi, (v) ketepatan penggunaan nada (tinggi-rendah), dan (vi) ketepatan dalam penggunaan modulasi (perubahan desah), dan aspek penampilan menyangkut (a) keberanian dan ketenangan penampilan, (b) kesesuaian penggunaan mimik, dan (c) kewajaran gerak yang dilakukan.

kesusastraan

LEGENDA

KERAJAAN KERA
Oleh: Imron Rosidi


            Dahulu kala, di sebuah desa Banyubiru, terdapat sebuah kerajaan Kera yang dipimpin seorang raja kera yang sakti mandraguna. Sang raja memimpin kerajaannya dengan semena-mena.Dia hanya ingin memenuhi nafsunya. Apa yang diinginkan harus terpenuhi. Tak jarang dia memerintahkan prajuritnya untuk mencuri.
“Hai ………. Prajuritku. Cepat kalian cari pisang yang besar, enak, dan lezat. Aku lapar”
“Iya. Raja. Apakah ada perintah yang lain?” kata seorang Panglima.
“Tidak ada. Kamu harus mendapatkan pisang yang aku inginkan. Ingat pisangnya harus lezat dan besar. Jika kamu tidak mendapatkannya, leher kamu sebagai gantinya. Sekarang kamu boleh pergi”
“Ba…..baiklah raja, saya bersama dengan prajurit akan mencari pisang yang raja inginkan. Sekarang saya mohon pamit”
Tanpa buang waktu, Panglima Kera pun mengumumkan perintah Raja Kera kepada prajurit.
“Prajurit”
“Siap” kata beberapa prajurit
“Sekarang juga, kalian ikut saya mencari pisang yang besar, matang dan lezat”
“Baiklah, Panglima”jawab prajurit dengan serentak
            Dengan meloncat ke sana ke mari, akhirnya panglima dan prajurit Kera berhasil mendapatkan pisang yang diminta oleh Raja Kera, yakni pisang yang besar, matang, dan lezat. Pisang itu digotong beramai-ramai menuju kerajaan. Panglima sangat senang dapat memenuhi permintaan rajanya. Panglima kera berpikir, dengan keberhasilan ini sang raja akan mengamankan jabatannya.
            Hampir setiap hari, kera-kera itu mencuri pisang-pisang penduduk. Para penduduk mulai bertanya-tanya tentang hilangnya pisang-pisang yang ditanamnya. Di sudut-sudut desa, semua membicarakan tentang hal itu. Sampai akhirnya, ada seorang penduduk yang mengetahui penyebab hilangnya pisang penduduk.
‘Saya tahu siapa yang mengambil pisang-pisang kita?’kata salah satu penduduk.
‘Siapa itu, cepat beritahu kami,’kata beberapa orang serempak.
‘Saya lihat, pisang Ki Jenang diambil oleh sepasukan kera. Begitu juga pisang Nyi Kunti,’katanya sekali lagi.
‘Itu pasti kera-kera yang ada di kerajaan seberang,’kata Ki Tarub.
            Para penduduk sangat marah dan berniat menghabisi kera-kera itu. Mereka berencana untuk menyerang kerajaan kera itu. Semua mengacung-acungkan berbagai persenjataan, mulai dari tombak sampai pada golok.
‘Kita serang kerajaan kera, kita serang …..,’kata para penduduk.
‘Ya, kita bakar habis kerajaan itu,’kata penduduk lainnya.
‘Tenang … tenang. Kita harus berpikir dengan tenang. Kita atur strategi,’kata Ki Tarub.
‘Bagaimana kalau kita kirim dulu utusan ke kerajaan itu. Kita minta dia tidak mengulangi perbuatannya. Bagaimana?’kata Kit Tarub sekali lagi.
            Semua warga tidak ada yang menjawab. Semua terdiam. Akhirnya Ki Tarub beserta dua warga yang ditunjuk menuju kerajaan kera. Tanpa basa-basi, Ki Tarub dan beberapa warga memasuki kerajaan.
“Raja……..raja………raja” teriak Panglima dengan nafas terengeh-engeh.
“Ada apa Panglima ?”
“ Raja harus bersembunyi”
“Apa maksudnya?”
“Ada tiga warga yang datang kemari.’kata Panglima.
            Belum sempat raja kera bersembunyi, Ki Tarub sudah berada di depannya. Ki Tarub menyampaikan maksud kedatangannya. Dia tidak ingin ada lagi prajurit kera yang mencuri pisang penduduk. Raja kera pun pura-pura setuju. Raja kera tidak mungkin memenuhi permintaan Ki Tarub karena pisang itu merupakan kesukaannya.
            Ki Tarub pun pergi meninggalkan kerajaan kera dengan membawa keyakinan bahwa pisang penduduk tidak akan hilang lagi. Selang beberapa hari, ternyata raja Kera tidak bisa menghilangkan kesukaannya. Dia menginginkan Panglima mencari pisang seperti yang pernah didapatkan.
‘Panglima, kemari,’kata Raja Kera.
‘Siap paduka. Ada apa ?’kata Panglima.
‘Cepat, carikan aku pisang seperti yang dulu. Mengerti,’kata raja.
‘Tapi raja, ….,’kata Panglima
‘Sudahlah, cepat pimpin prajuritmu. Aku sudah tidak tahan,’kata raja memotong
‘Ba …. Baik paduka,’kata Panglima
            Prajurit kera mulai mencuri pisang-pisang penduduk. Keadaan ini membuat para penduduk sudah tidak tahan lagi terhadap ulah prajurit kera tersebut. Semua berkumpul di pendopo. Ki Tarub siap untuk memimpin peperangan karena raja Kera sudah mengkhianati perjanjian. Ki Tarub memimpin sendiri untuk menyerang kerajaan kera.
            Perang antara prajurit Kera dan penduduk Banyu Biru tak terelakkan. Banyak korban yang meninggal baik dari pihak kerajaan kera maupun penduduk. Kedua belah pihak bertempur mati-matian. Raja Kera pun mengelarkan semua kesaktiannya. Banyak penduduk yang mati karenanya. Hanya saja, dengan kesaktian pula, Ki Tarub berhasil mengalahkan raja Kera itu. Selanjutnya, Ki Tarub menyihir prajurit-prajurit Kera menjadi ikan Wander. Sampai saat ini, ikan wader itu masih ada dan menjadi penungu Banyubiru.

kebahasaan

MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN
Oleh: Imron Rosidi

            Tahukah Anda bahwa surat lamaran pekerjaan yang dikirim ke suatu instansi merupakan duta. Sebagai duta, dia akan menggambarkan citra siapa pembuatnya. Oleh karena itu, surat lamaran pekerjaan harus disusun dengan baik. Salah satu unsur yang menentukan baik atau tidak baiknya surat lamaran adalah kelengakapan unsur-unsur yang membangunnya. Nah, pada bagian ini Anda akan berlatih mengenali unsur-unsur dalam surat lamaran pekerjaan.
            Surat lamaran pekerjaan termasuk salah satu jenis surat resmi. Sebagai salah satu jenis surat resmi, surat lamaran pekerjaan mempunyai unsur-unsur tertentu. Pada umumnya surat lamaran pekerjaan memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
(a) Tanggal surat
            Oleh karena surat lamaran pekerjaan tidak menggunakan kop surat, maka tanggal surat perlu didahului oleh nama kota tempat surat itu ditulis. Misalnya: Lampung, 2 Juli 2009
(b) Lampiran surat
            Lampiran merupakan hal-hal yang diperlu disertakan sehubungan dengan surat lamaran. Kata lampiran bisa ditulis lengkap atau disingkat, misalnya Lampiran: Tiga lembar atau Lamp.: Tiga lembar. Jika surat tidak menyertakan lampiran, maka kata lampiran tidak perlu dicantumkan.
(c) Hal surat
            Hal surat atau bisa juga disingkat hal berfungsi untuk memebritahukan kepada pembaca surat mengenai masalah pokok surat itu. Pengisi hal surat hendaknya singkat, jelas, dan sudah mencakup seluruh masalah pokok yang diungkapkan dalam surat. Misalnya Hal: Lamaran pekerjaan untuk teknisi. Penggunaan kata perihal tidak baku.
(d) Alamat surat
            Alamat surat berfungsi sebagai penunjuk langsung pihak penerima surat. Penulisan alamat surat tidak perlu didahulu kata kepada, cukup Yth.
Misalnya:
Yth. Direktur PT Sangga Buana
Jalan Brig. H. Hasan Basry No. 36, Banjarmasin
(e) Salam pembuka
            Salam pembuka merupakan tanda hormat penulis surat. Dia berfungsi sebagai ucapan permisi. Beberapa ungkapan berikut lazim digunakan sebagai salam pembuka.
Dengan hormat,
Bapa/Ibu ... yang terhormat,
Salam sejahtera,
Assalamualaikum w.w.,
(f) Paragraf pembuka
            Paragraf pembuka berfungsi mengantarkan pokok masalah yang dikemukakan dalam isi surat. Kalimat berikut merupakan contoh paragraf pembuka.
            Sehubungan dengan iklan yang Bapak pasang pada koran Kompas, 16 Maret 2009, dengan ini saya mengajukan lamaran ke perusahaan Bapak sebagai sopir.
            Menurut salah satu guru di sekolah Bapak, saya memperoleh informasi bahwa sekolah Bapak memerlukan guru fisika. Untuk itu, melalui surat ini saya mengajukan lamaran untuk menjadi guru di sekolah Bapak.
(g) Paragraf isi
            Inti sebuah surat terletak pada paragraf inti. Isi surat hendaknya disampaikan secara jelas, singkat, menarik, dan santun. Jika pokok masalah lebih dari satu, paragraf inti juga boleh lebih dari satu paragraf.
(h) Salam penutup
            Fungsi salam penutup sama dengan salam pembuka, yakni untuk menyatakan rasa hormat. Beberapa salam penutup berikut sering digunakan dalam surat lamaran pekerjaan.
Hormat kami,
Hormat saya,
Salam takzim,
Wasalam,
(i) Tanda tangan
            Surat lamaran danggap belum sah kalau tidak ada tanda tangan. Jika surat lamaran digunakan materai, tanda tangan harus ditindaskan pada materai tersebut.
(j) Nama pelamar
            Nama pelamar tidak perlu ditulis dengan huruf kapital semua atau diletakkan di dalam kurung.
Contoh:

Malang, 14 Januari 2009

Lampiran : Satu berkas
Hal : Lamaran pekerjaan

Yth. Direktur PT Bentara Sakti
Jl. Kembang Jepun No. 57, Surabaya


Dengan hormat,
            Sehubungan dengan iklan Bapak dalam koran Jawa Pos, 7 Januari 2009, saya
nama                       : Puspitasari, S. E.
tempat, tanggal lahir  : Klaten, 16 Februari 1987
pendidkan                : Sarjana Ekonomi
agama                     : Islam
alamat                     : Jl. Basuki Rahmad, No. 24 Malang, Telepon (0341) 781058
dengan ini mengajukan lamaran untuk bekerja di perusahaan Bapak.
            Sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam iklan tersebut, bersama surat ini saya lampirkan hal-hal berikut.
(a) Fotokopi STTB terakhir.
(b) Surat keterangan berkelakukan baik dari Kepolisian.
(c) Daftar riwayat hidup.
(d) Pasfoto ukuran 3 X 3 sebanyak tiga lembar.
            Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak mengabulkan permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.

                                                                                                Hormat saya,


                                                                                                Puspitasari, S. E.

kebahasaan

Menemukan Kalimat yang Mengandung Gagasan Utama
Oleh: Imron Rosidi



            Gagasan utama merupakan unsur penting dalam paragraf. Boleh dikatakan bahwa gagasan utama merupakan inti paragraf. Sehubungan dengan itu, pada bagian ini Anda akan berlatih menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama dan kalimat yang mengandung gagasan pendukung. Untuk mempermudah Anda di dalam melakukan kegiatan ini, terlebih dahulu telaahlah uraian berikut!
            Pemahaman gagasan utama paragraf merupakan aspek penting untuk memahami isi paragraf secara komprehensif. Gagasan utama diwadahi dalam kalimat utama, sedangkan gagasan pendukung berada dalam kalimat-kalimat penjelas? Apakah ciri-ciri kalimat utama suatu paragraf? Kalimat utama paling tidak mengandung dua ciri. Pertama, kalimat utama mengandung fakta atau pernyataan lebih umum bila dibandingkan dengan kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu. Kedua, kalimat utama akan dijelaskan atau dirujuk oleh kalimat-kalimat lain.
            Di manakah letak kalimat utama? Ada berbagai kemungkinan letak kalimat utama. Kemungkinan itu sangat bergantung kepada jenis paragraf yang ada. Sebagaimana telah Anda pelajari pada pembelajaran sebelumnya bahwa dalam paragraf deduktif, kalimat utama terletak di awal paragraf, sedangkan dalam paragraf induktif terletak di akhir paragraf. Namun, dalam paragraf campuran, kalimat utama itu berada di awal kalimat, kemudian dipertegas kembali di akhir paragraf. Bahkan, dalam paragraf yang berbentuk deskriptif atau naratif, kalimat utama sulit ditentukan karena dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang lebih penting atau lebih umum daripada kalimat yang lain. Boleh dikatakan bahwa dalam paragraf deskriptif dan naratif, gagasan tersebar pada seluruh kalimat. Dengan demikian, gagasan paragraf itu baru bisa disimpulan dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf tersebut. Gambar berikut menunjukkan letak kalimat utama dalam masing-masing jenis paragraf itu!


       Deduktif                    Induktif                  Campuran                Deskriptif/Naratif

puisi

AKU TAK MAMPU BERSUJUD
Oleh: Imron Rosidi


Engkau bilang perjalanan ini menyenangkan?
Membuat bibir selalu tersenyum
Melihat mata selalu bersorot lentik
Karena kita dapat melangkah
Dari beban pembalut raga
Bertemu hari menuju minggu
Bertemu minggu menuju bulan
Tanpa berubah, seperti mentari selalu menampakkan diri
Seperti rembulan selalu bersembunyi di balik awan

Tapi aku tak seperti itu
Aku tidak pernah bisa menyunggingkan senyum
Karena aku malu pada Tuhanku
Lupa mengetuk seperti yang Kau mau
Aku terlalu letih dalam langkahku
membuat kantuk di tempat duduk
membasuh muka terasa tertunduk
mau bersujud tak mampu menekuk

Ampuni aku ya Tuhanku
Aku berpaling dari perintahMu
Ketika aku menerima senyumMu
Ketika aku terpancar cahayaMu

Di dalam pesawat
Menuju Chicago


kebahasaan

MENGAJUKAN PERTANYAAN
DALAM DISKUSI

Oleh: Imron Rosidi


            Ketika mengikuti gelar wicara, pernahkah Anda nyelonong bertanya, padahal belum diberi kesempatan? Atau, pernahkah Anda bertanya, tetapi pertanyaan yang Anda ajukan itu cenderung tidak jelas ke mana arahnya? Jika pernah, apalagi menjadi kebiasaan, alangkah baiknya hentikanlah! Selain tidak tidak efektif, kebiasaan itu bisa menghambat proses gelar wicara. Bagaimana cara menghentikannya? Lakukanlah hal-hal berikut!

(a) Bertanyalah setelah moderator memberikan kesempatan kepada peserta gelar wicara.
(b) Ketika Anda hendak bertanya, tunjukkan jari atau isyarat lain sehingga moderator tahu      bahwa Anda bermaksud bertanya.
(c) Sebelum menyampaikan pertanyaan, sebutkanlah identitas Anda, misalnya nama dan      asal.
(d) Tunjukkan kepada siapa Anda bertanya dan apa yang menjadi fokus pertanyaan.
(e) Fokuskanlah pertanyaan Anda dengan menggunakan kata-kata atau ungkapan berikut.
     apa untuk menanyakan benda (konkret/abstrak), tumbuh-tumbuhan, hewan, dan      identitas
     siapa untuk menanyakan Tuhan, malaikat, dan manusia
     mengapa/kenapa untuk menanyakan perbuatan dan sebab
     bagaimana untuk menanyakan keadaan dan cara
     mana yang didahului oleh di, ke, dari untuk menanyakan tempat; dan bila didahului      yang untuk menanyakan sesuatu atau seseorang dari suatu kelompok
     bilamana, bila, dan kapan untuk menanyakan waktu
     berapa untuk menanyakan jumlah dan bilangan.
(f) Sampaikanlah pertanyaan Anda secara jelas, santun, dan tidak emosional.
            Selain bertanya, mengajukan tanggapan merupakan tindakan yang biasa dilakukan dalam diskusi. Ada berbagai bentuk tanggapan, misalnya persetujuan, penolakan, atau penambahan terhadap hal-hal yang sudah diungkapkan oleh penyaji atau peserta diskusi yang lain. Dalam memberikan tanggapan, Anda bisa menggunakan ungkapan-ungkapan penghubung antarkalimat. Misalnya “Sebenarnya saya tidak sependapat dengan simpulan diskusi ini. Akan tetapi, sebagai anggota yang baik, saya tetap akan melaksanakan simpulan diskusi ini”.
            Dengan ungkapan-ungkapan penghubung antarkalimat, Anda dapat mengembangkan bentuk-bentuk persetujuan, penolakan, penambahan, atau yang lain. Ada berbagai ungkapan penghubung antarkalimat yang dapat Anda gunakan, antara lain:
(a) ungkapan  untuk  menyatakan  pertentangan: biarpun  demikian/begitu, sekalipun      demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,      meskipun demikian/begitu:
(b) ungkapan untuk menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan yang dinyatakan      pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya;
(c) ungkapan untuk yang menyatakan hal, peristiwa, atau keadaan di samping hal,      peristiwa, atau keadaan yang telah disebutkan sebelumnya: tambahan pula, lagi pula,      selain itu, di samping itu;
(d) ungkapan  untuk  menyatakan kebalikan dari yang telah dinyatakan sebelumnya:      sebaliknya;
(e) ungkapan untuk menyatakan bahwa yang digambarkan oleh predikasi adalah benar:      sesungguhnya, bahwasanya;
(f) ungkapan untuk menyatakan penguatan terhadap peristiwa, hal, atau keadaan yang      dinyatakan sebelumnya: malah(an), bahkan;
(g) ungkapan untuk menyatakan pertentangan dengan peristiwa, hal, atau keadaan yang      dinyatakan sebelumnya: (akan) tetapi, namun;
(h) ungkapan untuk menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu;
(i) ungkapan untuk menyatakan konsekuensi: dengan demikian;
(j) ungkapan untuk menyatakan akibat: oleh karena itu, oleh sebab itu;
(k) ungkapan  untuk  menyatakan  kejadian  yang mendahului peristiwa, hal, atau keadaan      yang dinyatakan sebelumnya: sebelum itu.


kebahasaan

MENGENAL KONJUNGSI
Oleh: Imron Rosidi



            Ketika Anda menulis tentunya harus memperhatikan ejaan, tanda baca, dan penggunaan konjungsi, serta pilihan kata. I Dalam penggunaan konjungsi, Anda harus terlebih dahulu memahami fungsi konjungsi tersebut, misalnya: daripada untuk perlawanan, agar untuk tujuan, dan sebagainya. Nah, di bawah ini ditampilkan beberapa konjungsi beserta fungsinya. Selamat belajar!
            Konjungsi disebut juga kata sambung atau kata penghubung. Kata penghubung adalah adalah kata tugas yang menghubungkan antarklausa, antarkalimat, atau antarparagraf. Kata penghubung antarklasa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat berada di awal kalimat, dan kata penghubung antarparagraf berada di awal paragraf.
            Macam-macam kata penghubung dan fungsinya
1. menyatakan gabungan yang sejajar: dan, lagi, lagi pula, serta
2. menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, sedangkan, padahal
3. menyatakan waktu: apabila, ketika, bilamana, sebelum, sejak, sesudah
4. menyatakan tujuan: supaya, agar, untuk
5. menyatakan sebab: sebab, karena, sebab itu, karena itu
6. menyatakan akibat: sehingga, sampai
7. menyatakan syarat: jika, apabila, kalau, asalkan, bilamana
8. menyatakan tak bersyarat: walaupun, meskipun, biarpun
9. menyatakan pilihan: atau
10. menyatakan perbandingan: seperti, bagai, seakan-akan, ibarat, umpama, daripada
11. menyatakan korelatif: semakin ………. semakin ………, kian ……….. kian ………
     tidak hanya …… tetapi juga ……, sedemikian rupa …….sehingga ………, baik      ………… maupun ……….
12. menyatakan menguatkan: bahkan, apalagi
13. menyatakan rincian: yakni, adalah, yaitu, ialah
14. menyatakan penjelas (penegas): bahwa
15. menyatakan urutan: mula-mula, lalu, kemudian
16. menyatakan pembatasan: kecuali, selain, asal
17. menyatakan  penanda  contoh:  misalnya,   umpama,   contoh  menyatakan penanda      pengutamaan: yang penting, yang pokok, paling utama, terutama