Artikel ilmiah kebahasaan

MENYOAL KELENGKAPAN
PEDOMAN UMUM EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
(Kajian Kaidah Kata Serapan dari Bahasa Arab)


Oleh: Imron Rosidi


Abstract: The completion of the principle of revised spelling (EYD) needs to be cased in problem, especially in the concepts of word absorbing from Arabic. In fact, this principle is the material which helps so much in developing bahasa Indonesia. In EYD there is only one principle writing of absorbtion element from Arabic, namely kh (Arabic) is still ’kh’. This principle seemed to be less because Arabic is the second most vocabulary contributor after English. For that reason, it needs to renew the database of the usage of Arabic words absorbtion in the use of bahasa Indonesia orally as well as written. From the data renewal, then it needs checking on the bahasa Indonesia Main Dictionary and Arabic Main Dictionary to know the changes of existing phonemes. After that, it is made a principle of writing absorbtion element from Arabic, for examples: phoneme /ﺀ/ in the middle of the first syllable becomes /e/ and /a/ in bahasa Indonesia, phonemes /ﺚ /, /ﺲ/, /ﺹ / become /s/ in bahasa Indonesia, phonemes /ﺫ /, /ﺯ /, and /ﻈ / become /z/, and phoneme /ﻚ / and /ﻖ / become phoneme /k/.

Kata Kunci: EYD, Kaidah kata serapan, bahasa Arab


            Di dalam pertumbuhan dan perkembangan alamiah bahasa Indonesia, kontak budaya antarbangsa mengakibatkan pula kontak bahasanya. Kontak ini mengakibatkan adanya pengaruh bahasa lain yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia – yang berakar dari bahasa Melayu – dalam perkembangannya tampak lebih lengkap dan lebih kaya kosa katanya. Selain bahasa Asing, bahasa daerah juga ikut berperan dalam perkembangan tersebut. Dapatlah dicatat beberapa kata serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta, Jawa, Sunda, Minang, Tamil, Arab, Postugis, Cina, Belanda, dan Ingris.
            Bahasa asing yang banyak sumbangsihnya terhadap perkembangan kosa kata bahasa Indonesia antara lain: bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Cina, dan bahasa Portugis. Di antara kelima bahasa asing tersebut, bahasa Portugis saat ini tidak lagi menjadi sumber penyerapan kosa kata baru bahasa Indonesia. Bahasa ini telah tergeser oleh bahasa Inggris yang telah ditasbihkan menjadi bahasa internasional. Hal ini tidak berarti bahasa Inggris menjadi satu-satunya sumber penyerapan bagi bahasa Indonesia pada masa sekarang dan yang akan datang.
            Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama yang berkenanaan dengan agama Islam. Memang ada kata serapan yang digunakan sebagai kata umum, misalnya rela, korban, abad, dan saat. Kata serapan dari bahasa Arab yang berkaitan dengan konsep keagamaan pada umumnya diserap dalam bentuk (ejaan atau lafal) yang lebih dekat dengan aslinya. Kata yang berhubungan dengan konsep keagamaan umumnya ‘dipelihara’ betul sehingga makna dan bentuknya cenderung tidak mengalami perubahan, misalnya: Allah, berzanji, dan Assalamualaikum.
            Bahasa Belanda saat ini telah berkurang sumbangsihnya terhadap perkembangan kosa kata bahasa Indonesia. Bahasa Belanda saat ini lebih banyak dikenal lewat pengajaran bahasa asing. Faktor lain yang menyebabkan bahasa Belanda seperti ini adalah pengubahan sumber kata serapan bahasa Indonesia sejak tahun 1972.
            Penyerapan kata dari bahasa asing dapat melalui adopsi, adaptasi, kreasi, dan terjemahan. Melalui adopsi, kata dari bahasa asing langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia karena telah ‘sesuai’ dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya: ﺏﺭﺎﺟ (jarab), ﺎﺤﺯ ﻥﺟ (jenazah) (bahasa Arab); halte, diagram (bahasa Belanda); koh, suhu (bahasa Cina); bola, tinta (bahasa Portugis); dan bus, biodata (bahasa Inggris). Melalui adaptasi, bahasa Indonesia menyerap dari bahasa asing melalui penyesuaian fonem, misalnya: kabil dari qabil, akademis dari academisch, dan garpu dari garfo. Melalui kreasi, bahasa Indonesia menyerap kosa kata bahasa asing hanya konsepnya saja, bukan kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya, misalnya: parkir gratis dari free parking, jatuh tempo sebagai padanan dari due date, buku petunjuk periklanan sebagai padanan dari advertising directory, dan back street dari sembunyi-sembunyi, sedangkan melalui terjemahan misalnya garis polisi terjemahan dari Police line, pertemuan teknik merupakan terjemahan dari technical meeting.
            Kata-kata serapan, terutama yang berasal dari bahasa asing perlu pembakuan dari segi ejaan agar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Hanya saja, kaidah yang tercantum dalam EYD dirasa kurang lengkap, terutama kaidah penulisan kata serapan dari bahasa Arab. Padahal, bahasa Arab merupakan bahasa kedua terbanyak sumbangsihnya terhadap perkembangan kosa kata bahasa Indonesia setelah bahasa Inggris. Untuk itu kelengkapan Pedoman Umum EYD perlu dipersoalkan.

Kaidah Kata Serapan dari Bahasa Arab
            Seperti yang telah diungkapkan pada pengantar bahwa kaidah penulisan kata serapan, khususnya dari bahasa Arab sangatlah minim. Dalam buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, dari 57 kaidah penulisan unsur serapan, hanya satu yang mencantumkan kaidah unsur serapan dari bahasa Arab, yaitu kh (Arab) tetap kh. Padahal, dalam kenyataan penggunaan bahasa Indonesia tidak kurang dari 1500 kata serapan dari bahasa Arab diserap.
            Untuk melengkapi kaidah penulisan unsur serapan yang ada dalam buku pedoman tersebut perlu adanya penambahan dengan melihat kenyataan pemakaian bahasa Indonesia dalam bahasa tulis maupun lisan yang menggunakan kata serapan dari bahasa Arab. Kaidah penyesuaian ejaan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, misalnya /ﺫ/, /ﺯ /, dan /ﻈ / menjadi /z/; /ﻄ / menjadi /t/; dan ﺀ menjadi /k/ dan ǿ,dan sebagainya.

a. Fonem /ﺀ/ di Tengah Suku Kata Awal menjadi /e/ dan /a/ dalam Bahasa Indonesia
            Banyak penyerapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang dibarengi dengan perubahan fonem /ﺀ/ di tengah suku kata awal menjadi /e/ dan /a/ dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi begitu saja tanpa adanya pedoman yang ada dalam EYD, seperti yang tampak pada kata serapan ﺏﺘﺮﺘ menjadi tertib, ﻪﻣﺠﺭﺘ menjadi terjemah, ﺮﻜﻐﺘ menjadi tepekur, dan ﺀﺎﺛ ﻼﺛ menjadi selasa, ﻚﺮﺘ menjadi tarak, ﺶﺑﺮﺗ menjadi tarbus, ﻪﻳﺑﺭﺗ menjadi tarbiyah, dan ﺭﺴﻗﺘ menjadi taksir, seperti yang tampak pada tabel berikut.


NoBahasa ArabBahasa Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ﺏﺘﺮﺘ
ﺔﻣﺠﺭﺘ
ﺮﻜﻐﺘ
ﺀﺙ ﻼﺛ
ﻚﺮﺘ
ﺶﺑﺮﺗ
ﻪﻳﺑﺭﺗ
ﺭﺴﻗﺘ
tertib
terjemah
tepekur
selasa
tarak
tarbus
tarbiyah
taksir


b. Fonem /ﺚ /, /ﺲ /, /ﺹ / menjadi /s/ dalam Bahasa Indonesia
            Pada umumnya, kata serapan dari bahasa Arab yang menggunakan fonem /ﺚ /, /ﺲ /, dan /ﺹ /, baik yang berada di awal kata, tengah, maupun akhir diserap menjadi fonem /s/. Hal ini disebabkan adanya kesamaan bunyi pada fonem /ﺲ / dengan /s/ dalam bahasa Indonesia, dan fonem /ﺹ / dan /ﺚ / memiliki kemiripan dengan fonem /s/. Dengan demikian perlu dihindari penulisan kata hatsil, azas, dan mitsal. Unsur serapan dari bahasa Arab yang menggunakan fonem /ﺚ /, /ﺲ /, /ﺹ / dapat dilihat pada tabel berikut.

NoBahasa ArabBahasa IndonesiaKeterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ﻞﺼ ﺍﺤ
ﺭﺼﻧﻋ
ﺘﻴﺼ ﻭ
ﺲ ﺎﺴ ﺃ
ﻡ ﻼﺳ
ﻥ ﺎﺳﻧ ﺇ
ﻝ ﺎﺜﻣ
ﺚﺮﺍﻮ
ﺞﺎﺛ
hasil
unsur
wasiat
asas
salam
insan
misal
waris
salju
/ﺹ/ menjadi /s/
-
-
/ﺹ/ menjadi /s/
-
-
/ﺚ/ menjadi /s/
-
-


            Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari ditemukan penulisan kata serapan dari bahasa Arab, misalnya kata asas yang ditulis azas merupakan konsekuensi logis dari tidak adanya pedoman yang memadai bagi pemakai bahasa Indonesia. Buku EYD melum memuat pedoman ini.
c. Fonem /ﺫ /, /ﺯ /, dan /ﻈ / menjadi /z/
            Dalam pemakaian bahasa Indonesia ditemukan penggunaan kata serapan bahasa Arab, misalnya kata zaman, izin, dan zalim. Kata-kata tersebut berasal dari kata ﻦﻤﺯ , ﻥﺫﺇ , ﻡﻟﺎﻇ. Ada penyesuain fonem /ﺫ /, /ﺯ /, dan /ﻈ / menjadi /z/ dalam bahasa Indonesia. Fonem /ﺯ / melambangkan bunyi yang sama dengan fonem /z/ dalam bahasa Indonesia, sedangkan /ﺫ /, dan /ﻈ / melambangkan bunyi yang dekat dengan fonem /z/. Dengan demikian perlu dihindari penulisan kata jaman, ijin, dan dolim. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

NoBahasa ArabBahasa IndonesiaKeterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ﻥﻣ ﺯ
ﺓﺯﺎﺠﺇ
ﺓﺯﺟﻊﻣ
ﻦﺫﺇ
ﺭ ﺬﻧ
ﺖﺍﺫ
ﻢﻠ ﺎﻅ
ﻡﻴﻇﻌﺘ
ﺮﻫ ﺎﻇ
zaman
ijazah
mukjizat
izin
nazar
zat
zalim
takzim
lahir
/ﺯ / menjadi /z/
-
-
/ﺫ / menjadi /z/
-
-
/ﻈ / menjadi /z/
-
-


d. Fonem /ﻚ / dan /ﻖ / menjadi fonem /k/
            Fonem /ﻚ / dan /ﻖ / dilambangkan dengan fonem /k/ dalam bahasa Indonesia. Hanya ditemukan beberapa kata serapan dari bahasa Arab yang menggunakan fonem /q/ sebagai pengganti fonem /ﻖ /, misalnya pada kata Quran, taqwa, dan khaliq. Kaidah ini tidak berlaku pada kata serapan kamus, kalbu, waktu, dan ufuk. Pemakai bahasa Indonesia harus menghindari penggunaan kata qalbu, waqtu, dan ufuq. Perhatikan tabel berikut.

NoBahasa ArabBahasa IndonesiaKeterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ﺱ ﻮﻣ ﺎﻗ
ﻯﻮﻘﺗ
ﺖﻗﻮ
ﺔﻣﻝﮔ
ﺓ ﺎﮔﺯ
ﺓﻣﮒﺯ
kamus
takwa
waktu
kalimat
zakat
hikmah
/ﻖ / menjadi /k/
-
-
/ﻚ / menjadi /k/
-
-


e. Fonem /ﻄ / menjadi /t/ dan /ﺀ / menjadi /k/ atau /Ǿ/
            Dalam penggunaan bahasa Indonesia dapat ditemukan kata-kata serapan seperti taat, muktamar, dan imla. Kata-kata tersebut merupakan kata serapan dari bahasa Arab ﺓﻋ ﺎﻃ, ﺮﻤﺘ ﺀﻮﻣ, ﺀﺎﺛ ﻸﺛ. Ada penyesuaian fonem /ﻄ / dan /ﺀ / menjadi /t/, /k/, dan /Ǿ/. Beberapa kata serapan dari bahasa Arab yang mengalami penyesuai seperti di atas tampak pada tabel berikut.

NoBahasa ArabBahasa IndonesiaKeterangan
1.
2.
3.
ﻕﻟﻁﻣ
ﻥﻣ ﺀﻮﻤ
ﺀﺎﺛ ﻼﺛ
mutlak
mukmin
selasa
/ﻄ/ menjadi /t/
/ﺀ / menjadi /k/
/ﺀ / menjadi /Ǿ/


            Berdasarkan kaidah pada tabel di atas, penulisan kata ta’at, bathin, thalak, fanak merupakan bentuk serapan yang tidak baku. Kesalahan ini diakibatkan kurang lengkapnya kaidah penulisan kata-kata serapan dari bahasa Arab dalam EYD.

Kaidah Penulisan Kata Kompleks dari Serapan Bahasa Arab
            Kata kompleks dari kata serapan bahasa Arab menterjemahkan dan menerjemahkan bersaing dalam pemakaiannya. Kedua bentuk kompleks tersebut berasal dari kata asal terjemah yang bermakna menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke bahasa lain, kemudian mendapatkan imbuhan me-kan. Kata yang telah mendapat imbuhan inilah yang disebut dengan kata kompleks.
            Di antara kedua kata kompleks tersebut – menterjemahkan dan menerjemahkan – manakah yang baku? Sebelum menjawab permasalahan di atas ada baiknya kita tengok terlebih dahulu kaidah penulisan kata kompleks berikut.
(a) kata kompleks yang dibentuk dari kata asal berupa kata serapan yang diawali konsonan /k/, /p/, /t/, dan /s/ mengalami peluluhan apabila mendapatkan imbuhan me- … (-kan/-i) atau pe- …(-an).
(b) Kata kompleks yang dibentuk dari kata asal berupa kata serapan yang diawali konsonan /k/, /p/, /t/, dan /s/ tidak mengalami peluluhan setelah mendapat imbuhan me- … (-kan/-i) atau pe- … (-an) apabila kata serapan tersebut masih terasa asing.
(c) Kata kompleks yang dibentuk dari kata asal berupa kata serapan yang diawali gugus konsonan tidak mengalami peluluhan apabila mendapatkan imbuhan me- … (-kan/-i) atau pe- … (-an).
            Dari kaidah di atas, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu untuk mengetahui tingkat keasingan sebuah kata serapan. Sampai saat ini tidak alat ukur yang dapat mengukur tingkat keasingan sebuah kata serapan. Masih asing tidaknya sebuah kata serapan sangatlah sulit diukur (lihat kaidah (b)). Untuk itu, perlu adanya petunjuk dalam EYD. Ketidakadanya kaidah tersebut saat ini dapat disikapi dengan melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Apabila kata tersebut tidak atau belum tercantum dalam KBBI dapat dipastikan kata tersebut masih asing. Selain itu, apabila dalam KBBI tercantum label asal kata, misalnya Arb, Bld, It, Ing, dan Jm, maka kata tersebut juga dianggap masih terasa asing. Bagaimana terhadap kata terjemah? Perhatikan cuplikan kata serapan yang diambil dari KBBI berikut!
ta . at a 1. senantiasa menurut (kpd Tuhan, pemerintah, dsb); patuh: …..
ta . a . ruf Ar n perkenalan
ta . da . bur Ar v men.ta.da.bur.kan v merenungkan: …..

            Dari cuplikan di atas maka untuk mengetahui tingkat keasingan kata terjemah dapat dilihat pada KBBI. Dalam KBBI tertulis sebagai berikut.
Ter . je . mah v menerjemahkan v menyalin (memindahkan) dr suatu bahasa ke bahasa lain: menyalinbahasakan: …..

            Dari cuplikan di atas jelaslah bahwa kata terjemah sudah dianggap tidak asing lagi sehingga apabila mendapat imbuhan me- … (-kan/-i) dan pe- … (-an) akan mengalami peluluhan. Dengan demikian, bentuk yang baku adalah menerjemahkan, bukan menterjemahkan; dan penerjemah, bukan penterjemah. Hal ini berbeda dengan kata tadabur yang masih tersa asing karena dalam KBBI ada label Ar. Kata tadabur masih merupakan bentuk pinjaman sehingga apabila mendapat imuhan me-kan akan menjadi mentadaburkan, bukan menadaburkan. Bandingkan dengan deretan kata serapan dari bahasa Arab berikut!
Takdir menakdirkan kabar mengabari
Taksir menaksir kabul nengabulkan
Paham memahami salib menyalib
Pikir pemikiran salat menyalati


Kesimpulan
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelengkapan Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) perlu dipersoalkan. Padahal, pedoman tersebut merupakan bahan yang sangat membantu dalam usaha pengembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam hal pembakuan kata serapan dari bahasa Arab. Usaha untuk melengkapi EYD perlu segera dilaksanakan karena perkembangan bahasa Indonesia dengan menyerap bahasa asing terus berlangsung. Peringatan bulan bahasa yang diadakan setiap tahun pada bulan Oktober perlu diisi dengan usaha melengkapi EYD dalam hal kaidah penulisan kata serapan dari bahasa Arab.

Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1987. Pelik-Pelik bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.             Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,             Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka             Jaya.
Jumariam, Meity dan Ruddyanto. 1995. Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing.             Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jumariam (et al). 1996. Senarai kata Serapan dalam bahasa Indonesia. Jakarta:             Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan             Republik Indonesia. 1987. Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang             Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat             Pembinaan dan Pengembangan bahasa dan Departemen Pendidikan dan             Kebudayaan Republik Indonesia.
Ramlan, M. 1978. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Soeparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu             Tenaga Kependidikan.

Komentar :

ada 3 komentar ke “Artikel ilmiah kebahasaan”
kneza mengatakan...
pada hari 

Saya minta izin meng-copy sebagian isinya Pak untuk tugas kuliah.... dan semoga bisa bermanfaat Matur Nuwun....

Anonim mengatakan...
pada hari 

terima kasih atas penjelasan yang diberikan.

Unknown mengatakan...
pada hari 

izin mengcopy sebagian untuk tugas kuliah terima kasih XD

Posting Komentar