KOTA SANTRI

KOTA SANTRI 1

Kubah-kubah itu berjajar, berdiri sombong
Di antara bangunan-bangunan kokoh tanpa corong
Di antara warung-warung kopi tempat kaum bersarung nongkrong
Di kelilingi sepeda ayun bersandar di mulut lorong

KOTA SANTRI 2

Kaum-kaum bersarung, dengan kopya bertengger di kepala
Tersenyum merekah, menengadah tangan
Memohon pada-Nya
Dengan jemari dan tarian tasbeh
Mengkilap, memancarkan kalam ilahi
Menyeruak di antara sof-sof para jamaah
Di dalam rumah-Mu tanpa batas


KOTA SANTRI 3

Di sinilah ciptaan-Mu yang paling sempurna ini
Mengais ilmu, menyebutkan nama-Mu serentak
Dengan goyangan kepala, seirama, serentak, menggema
tanpa henti setiap imamku menyampaikan salam
di pesantren-pesantren kota santri


Imron Rosidi
Guru SMKN 2 Pasuruan
Pasuruan, Januari 2007

Komentar :

ada 3 komentar ke “KOTA SANTRI”
anak rembulan mengatakan...
pada hari 

maaf pak,puisi bapak sangat bagus sekali saya bangga dengan bapak, karena saya mempunyai dosen yang sangat luar biasa. Bisa menjadi motifator, contoh, dan inspirator. Bukan hanya pembimbing dikala kuliah.
kalau saya boleh berkomentar menurut saya puisi itu tidak lepas dari kenyataan yang ada kalau saya lihat, di kota santri tercinta saya ini bukan begitu kenyataanya.
kubah-kubah kita itu berdiri sedih.
tasbih-tasbih itu mengkilat tapi cacat
yang keluar bukan kalam ilahi tetapi kalam kesombongan.
sarung yang di pakai hanya sebagai penahan dingin, di warung kopi, lokalisasi,arena adu ayam, disawah, dan di tempat orang berjudi.
mari kita rubah semuah itu dengan kata dalam sajak karena puisi itu adalah senjata bagi saya.

tatik dan puri mengatakan...
pada hari 

amanat yang bapak sampaikan dalam puisi ini sudah mengena dalam diri saya.
saya salut dengan semua hasil tulisan bapak karena mayoritas yang bertemakan religi memang benar.
tatik dan puri
b.indo/06

DESY PUSPA NEGARA mengatakan...
pada hari 

Puisi diatas mengandung makna religi yang sangat mendalam tentang sebuah kota yang terkenal dengan nama kota santri. Tapi ada yang saya ingin tanyakan kepada bapak setelah saya membaca puisi diatas. "Masih adakah kota santri yang benar - benar santri di era globalisasi seperti sekarang ini?" karena yang saya lihat justru kota yang mandapat sebutan kota santri banyak terjadi maksiat di dalam kota tersebut.

DESY PUSPA NEGARA/PBSI/KLS C/2008

Posting Komentar