Puisi


KETIKA HARUS MENUNGGU


Pagi itu
Bulan sudah tergelincir di antara awan hitam
Berganti mentari sejuk menawan
Aku mulai terkejut
Mata baru terbuka, tapi hati berdetak keras
Ada sesuatu harus harus aku ketahui
Sebuah kata “lulus”

Tapi
Asa itu tidak kunjung muncul
Meskipun pantat sudah terasa panas
Di depan Komputer yang sudah mulai lelah
Padahal
Aku sangat berharap detak dadaku
Berirama merdu laksana instrument lagu Titanik
atau mungkin seksoponnya musisi ternama

Aku coba bertahan menunggu kata itu
Setiap detak jarum jam aku lalui
Setiap menit aku berhasil menghindari
Bahkan setiap jam telah aku lahap dengan naluri
Tapi kata LULUS itu juga tidak mau menampakkan diri

Saat ini
Matahari sudah melalui ubun-ubun
Mulai suram sinar itu menerangi bumi
Aku tak kuasa
Aku berdiri tanpa kata itu
LULUS ATAU TIDAK

Komentar :

ada 4 komentar ke “Puisi”
viqh mengatakan...
pada hari 

Detak jam telah dilalui, dan Menit dihindari, mengapa JAM nya malah dilahab?

Anonim mengatakan...
pada hari 

asslkm wr. wb.
Bapak Imron yang baik, saya ada sedikit masukan tentang kolom puisi Bapak, tolong cantumkan sekalian tentang cara menulis puisi yang baik, agar para pembaca sekalian dapat dengan mudah menulis seperti Bapak. Juga tentang rubrik tentang puisi (karya sastra lain) dan pembahasan atau analisisnya. Terima kasih banyak Bapak Imron yang baik. Saya Seruni. he... he...

Sagita N. Devi
PBSI 2006/B

Anonim mengatakan...
pada hari 

assalamulaikum wr.wb

bapak dosenku yang tercinta,
menurut saya puisi diatas yang berjudul "KETIKA HARUS MENUNGGU" mempunyai bahasa yang sederhana namun memiliki makna yang begitu penting tentang seseorang siswa yang sedang resah menunggu sebuah kelulusan tetapi saya juga mengutip pada kalimat bait ke-2 baris ke-6 yaitu

aku berharap detak dadaku
berirama merdu laksana instrumen lagu titanik
akankah lebih enak dibaca dan dipahami kalau diubah menjadi:

aku berharap
detak dadaku berirama merdu
laksana instrumen lagu titanik

itu saja komentar yang dapat saya berikan
wassalamulaikum
WINDA YULI AFSARI
PBSI 2006/B

Anonim mengatakan...
pada hari 

Dalam puisi tersebut, nampaklah sebuah lukisan atau gambaran susana btin penulis yang sedang gelisah, yaitu tentang penantian kapan saatnya tiba. puisi tersebut bisa dinilai terdapat alur cerita . mulai dari penulis ingin mengetahui kelulusan yang tak kunjung muncul . penulis mencoba bertahan dari waktu kewaktu hingga akhirnya tak kuasa menunggu kapan saatnya tiba lulus atau tidak. Puisi tersebut sangatlah jelas pemaknaannya, bahasa yang mudah dimengerti dan imajinasi yang bisa mendukung keindahan puisi sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
FITRIYAH FITROTIN/A/2006

Posting Komentar