keterampilan berbahasa

BAGAIMANA AGAR PIDATO ANDA EFEKTIF?
Oleh: Imron Rosidi



            Efektivitas pidato dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi, nada, dan sikap berpidato.
(1) Lafal
            Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai karakteristik bunyi tertentu. Oleh karena itu, ketika berpidato dalam bahasa Indonesia, kita harus menggunakan lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengukur kebakuan lafal yang kita ucapkan? Jika lafal yang kita ucapkan tidak menunjukkan warna lafal daerah atau asing, berarti lafal itu sudah dianggap baku. Lafal para pembaca berita di TV dan RRI merupakan contoh lafal baku.
            Ada pula beberapa fonem yang sering dikacaukan pelafalannya, antara lain sebagai berikut.
(a) Fonem /e/ yang dilafalkan taling [e] dan pepet [ ]
     Dalam kata-kata tertentu, pelafalan fonem itu sering dikacaukan. Contoh pelafalan      taling [e] terdapat pada kata [peka], [merah], [le ah], dan [petrUs]. Dan contoh      pelafalan pepet [ ] terdapat kata [ mas], [l mas], [t ga ], [s ra ], [t gas], dan [p luru].
(b) Fonem /k/ dilafalkan [k] dan [‘]
     Fonem /k/ harus dilafalkan sebagai [k] bila (a) terletak di awal suku kata, misalnya      [kali], [p rkalian], [b rk lana], [kasUr], dan [kasih]; dan (b) diikuti oleh akhiran –i atau      –an, misalnya [diduduki], [k dudukan], [m nduduki], dan [didikan]. Namun, fonem /k/      dilafalkan [‘] bila konsonan itu terletak pada posisi akhir suku kata yang tidak diikuti      oleh akhiran-i dan –an, misalnya [m masa’], [b ronta’], [tida’], [t kula’], dan [bapa’].
(c) Jelas tidaknya pelafalan fonem /h/
     Fonem /h/ dilafalkan jelas bila (a) fonem tersebut terletak pada posisi awal kata,      misalnya [hitam], [hasrat], [hiburan], [hambatan], dan [hina]; (b) fonem tersebut      terletak pada posisi akhir suku kata, misalnya [darah], [hujah], [parah], [rintih],      [p rih], dan [luruh]; (c) fonem tersebut diapit oleh vokal yang sama, misalnya [jahat],      [nihil], [pahat], dan[dahan]. Namun, fonem /h/ dilafalkan lemah bila fonem tersebut      diapit oleh dua vokal yang berbeda pada kata-kata yang bukan serapan, misalnya      [tahun], [p njahit], dan [pahit].
(2) Intonasi
            Dalam kegiatan pidato, intonasi mempunyai dua fungsi pokok. Pertama, intonasi menentukan makna kalimat yang kita tuturkan. Dengan intonasi yang berbeda, klausa sama dapat menjadi kalimat berita, tanya, atau perintah hanya karena perbedaan intonasi kalimat. Misalnya, Gogon duduk di pengurusan. (berita); Gogon duduk di pengurusan? (tanya); Gogon duduk di pengurusan! (perintah). Oleh karena itu, kesalahan penggunaan intonasi dapat menyebabkan kesalahan penafsiran terhadap makna kalimat oleh pendengar.
Kedua, intonasi dapat mempengaruhi daya persuasi pidato. Dengan penggunaan intonasi yang tepat, pembawa pidato dapat membujuk, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengar. Oleh karena itu, daya tarik pidato juga sangat ditentukan ketepatan penggunaan intonasi.
(3) Nada
            Nada adalah tinggi atau rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya ditentukan oleh cepat atau lambatnya pita suatu bergetar. Jika pita suara bergetar cepat, maka nada yang dihasilkannya akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat, nada yang dihasikannya adalah rendah.
            Dalam proses pidato, nada mempunyai fungsi cukup penting. Walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat distingtif, tetapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektivitas pidato. Untuk itu, penggunaan nada tertentu dalam pidato bukanlah sewenang-wenang. Penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di dalam mengefektifkan proses penyampaian dan pemahaman isi pidato.
            Pidato yang efektif biasanya menggunakan nada yang bervariasi. Variasi nada ini sejalan dengan beragam kalimat yang digunakan dalam pidato itu. Ketika isi pidato mengajak sesorang untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat digunakan. Namun, manakala beralih kepada duka cita atas gugurannya seseorang, penggunaan nada tinggi tampaknya bukan pilihan yang tepat. Dengan kata lain, penggunaan nada tinggi, rendah, sedang sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturakan.
(4) Sikap
            Sikap merupakan unsur nonbahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektivitas pidato. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya.
Beberapa sikap berikut baik dilakukan ketika berpidato.
Berdiri dengan rileks, jangan tegang atau kaku.
Ciptakan rasa humor yang sehat.
Gunakan mimik dan gerakan tubuh secara wajar.
Hindarkan gerakan yang mengganggu konsentrasi pendengar, misalnya jari-jari tangan memainkan benda di sekitarnya; terlalu sering memasukkan dan mengeluarkan tangan di saku; sering menggaruk-garuk kepala atau pegang hidung.
Pandangan hendaknya tertuju ke semua pendengar.
Menghargai pendengar dan menciptakan rasa bersahabat.
Sopan.

Komentar :

ada 2 komentar ke “keterampilan berbahasa”
Anonim mengatakan...
pada hari 

komentar saya tentang hal di atas sangat setuju sekali.hal di atas tentu saja sangat berkaitan agar pidato kita disukai oleh orang lain.di sini ada yang ingin saya tanyakan kepada bapak,bagaimana cara kita mengatasi masalah agar kita tidak grogi.yang kedua,untuk masalah fonem di televisi kita terkadang mengetahui pidato para pejabat tinngi yang berpidato di belakangnya menggunakan akhiran ken padahal dalam eyd yaitu kan.bagaimana cara kita mengatasi masalah tersebut?terima kasih
Irma_PBSI_06/A

abel mengatakan...
pada hari 

kalau peranan intonasi itu apa saja????

Posting Komentar