artikel pendidikan

INOVASI MODEL PEMBELAJARAN:
Dari Pesantren menuju Sekolah
Imron Rosidi
Abstrak: Teori pembelajaran terus berubah yang berimplikasi pada perubahan model pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk terus berinovasi dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, misalnya model tadarus, model taklim dan mutalaah, model taushiyah, dan model curhat. Model-model pembelajaran tersebut diadaptasi dari model pembelajaran di pesantren.

       Teori pembelajaran terus berubah, dari behaviorisme menuju konstruktivisme. Dari pembelajaran dengan kekerasan menuju pembelajaran dengan penuh kasih sayang. Dari pembelajaran yang menegangkan menuju pembelajaran yang menyenangkan. Dari penggaris yang digunakan untuk menghajar berubah untuk mengajar. Perubahan-perubahan tersebut berimplikasi terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru.
       Pembelajaran mengandung makna yang lebih luas, tidak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada siswa. Pembelajaran mencakup upaya siswa membangun pengetahuan. Siswa dipandang telah memiliki gagagasan-gagasan sendiri. Oleh karena itu, belajar dipandang sebagai perubahan konseptual, mengkonstruksi, dan menerima gagasan baru atau merestruktrurisasi gagasan-gagasan yang telah ada pada diri siswa. Siswa secara aktif memperbarui pemahaman melalui pengalaman belajarnya.
       Upaya membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan mengekpresikan dirinya diperlukan suatu rencana mengajar yang memfasilitasi terjadinya perubahan konsep pada diri siswa. Perwujudan rencana pembelajaran dapat diungkapkan dalam bentuk model pembelajaran.
       Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk perencanaan, merancang bahan, dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran disusun berdasarkan prinsip atau teori pendidikan, sosial, psikologi, dan sebagainya. Dalam pembimbingan pembelajaran di kelas diperlukan inovasi model pembelajaran, misalnya: model tadarus, model taklim dan mutalaah, model taushiyah, dan model curhat. Model-model tersebut mengadaptasi dari model pembelajaran di pesantren.
       Pengadaptasian model pembelajaran dari pesantren menuju sekolah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, tempat mengajar, waktu, dan ketersediaan sarana prasarana. Model tadarus, misalnya. Model ini sering ditemukan di musalah-musalah ketika santri sedang belajar membaca alquran. Model ini dapat dilakukan secara berkelompok yang beranggotakan 3 – 5 siswa. Pembelajaran model tadarus bukan sekadar siswa berdiskusi. Guru mengatur tempat duduk siswa yang menyebar dalam kelompok kecil, selanjutnya menyampaikan tema pembelajaran. Siswa menyampaikan pendapatnya secara bergantian, selanjutnya ketua kelompok memimpin untuk mengambil sikap kelompok tentang tema tersebut. Hasil keputusan merupakan hasil kerja bersama. Model pengajaran ini identik dengan model pembelajaran sosial (Social Family) yang disampaikan oleh Joyce dan Weil dalam Sagala (2003:177). Model ini cocok untuk pelajaran sosial maupun eksakta.
       Model pembelajaran yang lain adalah Taklim dan Mutalaah. Model pembelajaran ini memfokuskan pada kemampuan siswa dalam mencari dan menggali teori yang berhubungan dengan tema yang disampaikan guru. Guru dapat membawa siswanya ke perpustakaan sekolah. Hanya saja, model pembelajaran ini sebenarnya dapat juga dilakukan di rumah melalui kegiatan mencari ilmu lewat surat kabar, majalah, tabloid, atau bila mungkin lewat internet. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk mata pelajaran sosial.
       Model pembelajaran Taushiyah. Model pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan siswa untuk saling mengingatkan sesama teman. Siswa dipersilakan untuk mengetahui berbagai permasalahan teman sekelas. Siswa yang memiliki kelebihan di bidang matematika memiliki kewajiban untuk membantu atau memberi kiat dalam belajar matematika. Begitu pula apabila ada soal yang diberikan guru di papan, siswa yang sudah selesai berkewajiban menyampaikan di depan kelas agar yang lain juga ikut memahami materi tersebut.
       Model pembelajaran yang terakhir adalah model curhat. Model pembelajaran ini merupakan pengejawantahan dari model pembelajaran individual (Sagala, 2003:184). Model pembelajaran ini lebih menekankan pada penyelesaian permasalahan individual/pribadi siswa maupun hal-hal yang belum dipahami siswa. Siswa secara individu dapat langsung berdialog dengan guru masing-masing mata pelajaran tentang kesulitan belajarnya.

Komentar :

ada 1
Unknown mengatakan...
pada hari 

Assalamualaikum Ustad!
Penulisan "Pesantren ANNIHAYAH" itu sudah benar atau masih perlu tanda strip diantara dua huruf N itu?

Posting Komentar